BRINA dan Saki serempak menoleh ke belakang, menatap seseorang yang baru saja menjawab arti dari kata 'speranza'. Perhatian mereka terpusat pada seorang laki-laki yang tengah berjalan pelan ke arah mereka.
“Keydo?” gumam Brina.
Keydo berhenti tepat di hadapan Brina dan Saki. Ia menatap dua orang itu secara bergantian.
“Heuh, katanya enggak mau pergi ke sini, ke rooftop. Eh, kenapa sekarang ke sini?” cibir Saki sambil melipat kedua tangan di depan dada.
Keydo tidak menjawab dan memilih menduduki salah salah satu bangku panjang di rooftop. Brina dan Saki secara otomatis mengikuti. Keydo duduk sendiri, sedangkan di seberangnya, Brina dan Saki duduk bersisian.
“Jadi ..., ‘speranza’ itu ... artinya ‘harapan’, ya?” Brina bertanya, menatap Keydo dan Saki secara bergantian.
Keydo dan Saki menatap Brina dan sama-sama mengangguk pelan kemudian
“Yup, kamu bener, Brin. ‘Speranza’ itu diambil dari bahasa Italia yang artinya ‘harapan’. Eh, bener, ‘kan, Do?” Saki bertanya pada Keydo untuk memastikan.
Keydo hanya menjawab dengan anggukan pelan.
“Oh, gitu.” Brina manggut-manggut. Akhirnya, rasa penasarannya terhadap makna nama sekolahnya kini terjawab sudah.
“Eh, ngomong-ngomong soal harapan, aku mau nanya, nih.” Saki tersenyum, membuat kedua lesung pipinya tercetak dengan sangat jelas. “Kalian ... ada ‘harapan’ yang pengen banget terkabul enggak, sih?”
Keydo dan Brina terdiam. Mereka sempat saling lirik, tetapi segera mengalihkan tatap menuju Saki. Sementara itu, Saki terlihat masih tersenyum sambil menaikturunkan kedua alis. “Gimana? Ada, enggak? Kalo aku ada, nih.”
“Apa, Sak?” tanya Brina, merasa antusias.
Saki tersenyum. Kedua matanya jadi agak menyipit ketika berekspresi seperti itu. “Buat jangka pendek, aku pengin lulus dari SMA Speranza dengan nilai yang tuntas.”
Brina mengerutkan dahi. “Nilai tuntas aja? Enggak ngarep yang sempurna gitu?”
Saki kembali tersenyum sebelum akhirnya menjawab pertanyaan dari Brina. Laki-laki itu lantas menggeleng pelan. “Buat aku ‘tuntas’ aja udah cukup, kok. Kalaupun bisa dapet yang ‘sempurna’, itu semacam bonus atau penghargaan tersendiri buat aku. Lagian, syarat lulus, kan, bukan nilai sempurna. Ya, ‘kan?”
Brina manggut-manggut mendengar penjelasan dari Saki. Ternyata, Saki memiliki pemikiran yang begitu bijak. Di saat kebanyakan siswa sepantarannya mengejar nilai 100 secara mati-matian, laki-laki itu hanya membutuhkan nilai tuntas.
“Oh, ya. Ada satu lagi harapan aku.”
Keydo dan Brina menatap Saki dengan raut penasaran.
Saki untuk ke sekian kalinya tersenyum. “Harapanku supaya aku bisa terus sahabatan sama Ido.” Laki-laki itu menatap Keydo.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Make You Smile [TAMAT✓] | @penaka_
Novela Juvenil[Fiksi Remaja] - [Tamat] ❨Cerita ini diikutkan dalam ajang High Future Books Writing Competition (HICOM)❩ Keydo itu laki-laki yang dingin, cuek, tertutup, dan tidak terlalu banyak bergaul dengan orang lain. Sedangkan Brina itu gadis yang ceria, mura...