Anna dan Sean sampai di kediaman William bersaudara. Sean mengantarkan Anna sampai ke dalam rumah.
"Thanks," ucap Anna penuh terima kasih.
Sean mengangguk dan pamit untuk pulang. Ia berbalik dan mendapat serangan mendadak dari belakang. Seseorang menendang punggungnya cukup kuat.
Terdengar juga teriakan Anna yang sepertinya terkejut.
"Kak Hitler? Ngapain nendang Sean?!" Anna marah, ia membantu Sean untuk bediri.
Hitler menatap marah ke arah Anna. Ia menyengkram dagu Anna. Membelai pipi tersebut. "Itu pipi kamu kenapa! Pasti gara-gara dia kan?!"
"Jangan sok tau Kak. Justru Sean yang nyelametin, kalo dia gak dateng pasti keadaan bakal lebih parah!" Seenaknya saja kakaknya menuduh Sean seperti itu.
William ikut bergabung, dengan wajah penuh lebam bekas pukulan. "Ck kalo dia nyelametin pasti kamu gak bakal punya luka kaya gitu! Gak usah deket-deket sama dia!"
"Maaf bang, gue telat nyelametin Anna," sesal Sean. Sedangkan Anna menatap tidak percaya.
"Ini bukan salah lo Sean!" Ucap Anna.
"Cihhh, dari awal saya gak suka sama Sean! Cowok bencong, nari-nari gak jelas! Gak bisa jagain kamu!" Ucapan Hitler membuat darah Anna mendidih. Sean juga mengepalkan tangannya menahan amarah. Bisa-bisanya menghina hobinya dan mengatainya bencong? Cih.
"APAAN SIH GAK JELAS LO KAK! SUKA NGE-DANCE BUKAN BERARTI BENCONG! LAGIAN NGAPAIN JUGA SEAN JAGAIN GUE?! DIA PUNYA KESIBUKAN SENDIRI! GAK JELAS LO!" Anna berteriak tidak terima, ia benar-benar kesal dengan Hitler.
"Maaf bang, jangan seenaknya ngatain hobi gue."
"Pergi lo bencong," usir Hitler. "Cowok kok nari."
Tak tahan dan telinganya sangat panas, Sean pun pamit pulang.
"Napa sih lo bang? Tega-teganya ngatain Sean bencong. At least dia lebih berbakat dan berguna untuk negara daripada lo!"
"Kamu lupa An? Yang mengurangi jumlah populasi orang gila itu saya. Dan itu sudah banyak buktinya."
Anna menyunggingkan senyumnya. "Really? Gue kira lo malah bikin orang waras jari gila. Nonono gue kira lo bikin populasi orang gila semakin meningkat."
Allucard tiba-tiba datang dan mengamati kondisi Anna yang membuatnya sakit mata. Goresan di wajah, lengan dan kaki itu membuatnya frustasi. Luka itu sangat merugikan! Harga bisa berkurang drastis! Bekasnya susah hilang!
"MUKA, BADAN LO KENAPA AN?!" Allucard segera mengecek kondisi luka tersebut lebih dekat. Mengidentifikasi kedalaman dan kepanjangan goresan. Mengamati dengan seksama. Ia mengacak rambutnya frustasi.
"Ya gitulah."
Saudara Anna yang lain juga sama frustasinya. Ini kerugian yang cukup besar, padahal modal yang mereka keluarkan sangat besar. Berharap Allucard bisa menangani.
Allucard memberikan kode berupa anggukan ke William dan Hitler. Mereka paham dan Hitler segera menyuntik Anna dengan obat bius yang selalu dibawanya.
"Bawa ke ruang operasi!" Perintah Allucard.
Allucard akan melakukan operasi pada wajah Anna tapi tidak merubah bentuknya. Hanya untuk menghilangkan luka goresan yang menurutnya menjijikkan dan mengerikan. Btw, luka Anna tidak wajah Anna tidak diberi kapas. Sudah Anna lepas diperjalanan. Ia melepasnya agar luka lebih cepat kering. Yeah walaupun sebenarnya sudah kering sih.
Semoga saja lukanya bisa tertutupi dengan baik.
Selama 4 jam lebih, akhirnya operasinya selesai dan berjalan lancar. Ia menghembuskan nafas lelah dan beristirahat ke kamarnya. Ia menyempatkan sejenak untuk melihat hasil operasinya. Ia mengamati wajah Anna yang sudah kembali seperti semula. Tidak terlihat lagi bekas goresan maupun luka. Tugasnya sekarang tinggal menyembuhkan luka pada lengan dan kaki Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN (SOK) SIBUK ✓
Teen FictionTentang Anabelle Si Figuran yang sibuknya ngalah-ngalahin pemeran utama. Si Figuran yang misterinya tak terhingga. Si Figuran yang kayanya melebihi tokoh utama. Si Figuran yang entah uangnya datang dari mana. Si Figuran yang berteman dengan antagoni...