Penculikan

10.6K 1.9K 213
                                    

Anna pulang terlambat, tadi ia harus membimbing ekskul dance terlebih dahulu sampai jam 5.30 sore. Ia juga diberi mandat untuk mengunci ruang dance dan menaruh kunci tersebut ke ruang guru.

Suasana sekolah sangat sepi, langit berwarna jingga kemerahan. Suasana horor mulai terasa. Ia sendiri sekarang, tak ada yang menemani untuk sekedar mengunci ruangan. Memang siapa yang mau menemani kala hari semakin petang. Dengan alasan sudah dijemputlah mereka menolak ajakan Anna.

Sialnya, hari ini tidak ada yang menjemput Anna. Baik supir maupun kakak-kakaknya. Tidak ada taksi atau pun ojek yang berkeliaran di sekitar sekolah. Beruntungnya sekarang sudah ada yang namanya ojek online.

Anna menunggu ojek online di halte depan sekolah. Sembari menunggu, ia memainkan ponsel untuk menghilangkan rasa bosan. Scroll instagram, lihat berita terkini dan menonton video trending.

Ia mendengar suara langkah kaki menuju ke arahnya. Langkah kaki tersebut ada beberapa dan tidak beraturan. Meski sangat lirih, tapi Anna masih bisa mendengarnya.

Anna menengok ke arah kiri untuk memastikan. Ia merasa mereka terlihat mencurigakan dan tidak natural. Tingkahnya seperti terpaksa dan gelagatnya juga aneh.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Anna segera pergi dari halte dengan hati-hati dan tidak terburu-buru agar tidak terlihat mencurigakan.

Belum sempat Anna melangkahkan kaki, ia sudah dibekap dengan kain yang sudah diberi obat bius. Hal itu menyebabkan Anna pingsan seketika. Matanya tidak bisa untuk tidak menutup. Ia tidak bisa melawan.

Anna digotong ke mobil berwarna hitam pekat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bangun-bangun Anna merasa tangan dan kakinya diikat di kursi. Pandangannya juga gelap. Mulutnya tidak bisa dibuka. Seperti dilakban. Ingin bergerak dan berbicara tapi tidak bisa.

Sama sekali tak bisa mengeluarkan suara kecuali ketukan kakinya pada lantai. Ia berusaha membuat gaduh dengan tapakan-tapakan kaki, agar ada yang menyadari keberadaannya.

Badannya digerakkan ke kanan ke kiri. Berharap tali yang mengikatnya akan mengendur dan dia akan terbebas. Kepalanya ia gerakkan beraturan, berharap kain di matanya terlepas dan ia bisa melihat dengan bebas.

Jantungnya tak bisa tenang dan terus berdetak kencang berlebihan. Ia merasa ketakutan sekarang. Ia berusaha tenang namun sepertinya hal itu sia-sia. Dia cemas dan takut. Tak lupa untuk mengumpat kepada sang penculik. Sempat-sempatnya.

Tak tak tak tak tak tak

Terdengar suara langkah kaki seseorang. Anna tidak bisa menebak siapa yang menculiknya.

Byurrrrr

Anna merasa badannya basah sekarang. Baunya menyengat, hidungnya tak bisa mentolerir. Ia merasa cairan tersebut lengket dan kental. Baunya seperti comberan, campuran tai sampah iuwhhh mengerikan. Anna membatin jijik dan ingin muntah tapi tak bisa. Mulutnya dilakban.

Belum selesai dengan siksaan bau menyengat. Anna tiba-tiba ditampar di bagian pipi. Pipinya menjadi sangat kebas. Terlihat memerah pink-pink.

"Ssshhh," ringis Anna.

Buggg

Perut Anna ditendang dengan kaki. Yang paling menyakitkan, si penendang menggunakan high heels. Sebenarnya tendangannya tidak seberapa, tapi heelsnya membuat perutnya seperti tertusuk. Ngilu.

ERGGGHHM

Anna sudah mengeluarkan air mata. Itu sangat menyakitkan.

Rambutnya ditarik kencang, sampai beberapa helai tercabut.

FIGURAN (SOK) SIBUK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang