Balas Dendam

13.2K 2.1K 127
                                    

Anna masih tidak terima saudaranya membakar pakaiannya tanpa dosa dan penyesalan. Apalagi penyebab yang sangat tidak masuk akal. Ia merasa sangat kesal. Benar-benar kesal. Ia merencanakan balas dendam malam ini juga.

Saat mereka sudah di ruang makan, ia sengaja melambatkan diri untuk menyelinap ke kamar kakak-kakaknya. Ia mengambil kaos gucci, dior, channel dan banyak lagi. Sengaja emang memilih yang mahal.

Setelah selesai mengambil yang sekiranya mahal. Ia taruh semua pakaian tersebut di karung yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Lalu menaruh karung tersebut di kamarnya terlebih dahulu.

Anna segera berlari menuju ruang makan agar saudaranya tidak ada yang curiga. Makan malam dengan tenang seakan tidak melakukan apa-apa.

Ia menunggu sekitar 1 jam di kamar. Kemudian menuju ke belakang rumah. Beruntungnya di sana terang oleh lampu. Jadi ia tidak takut. Anna mendatangi tempat pembakaran, membuang pakaian mereka ke sana. Menuangkan bensin dan menyalakan korek apik.

Wushhhh

Api mulai menyala, dari kecil menjadi cukup besar. Anna tidak bisa tidak tertawa. Ia merasa sangat senang sekarang. Tak lupa berfoto ria sebagai kenangan. Ini adalah hal ternekat yang pernah ia lakukan. Sepertinya saudaranya belum sadar.

William mendadak mendapat telfon dari sekretarisnya untuk pergi ke kantor. William sebenarnya sedang mengecek ulang laporan keuangan perusahannya. Tapi sepertinya perintah dari sekretarisnya tak bisa diabaikan dan ditunda lagi.

William pergi ke kamarnya, membuka lemari, mencari jas dan kemeja kantor. Tapi ia tidak menemukan jas hitam. Ia sampai mengobrak-abrik mencari jas tersebut tapi tetap tak menemukannya. Ia menelfon pelayan untuk bertanya dan mendapat informasi bahwa Anna yang mengambil jasnya.

Ia pun segera ke kamar Anna untuk meminta jas tersebut. Tapi tidak menemukannya. Ia membentak bodyguard untuk mencari keberadaan Anna. Setelah 5 menit ia diberitahu bahwa Anna ada di belakang rumah.

Di sana ia mendapati Anna menatap pembakaran dengan bersedekap dada dan tawa-tawa kecil.

"Anna, jas kakak mana?" Tanya William.

Anna berbalik dan tersenyum manis. "Ohh udah kebakar kak."

William terkejut dan membentak Anna. "Kenapa dibakar hah?!!!"

"Baju kakak jelek sih. Makanya aku bakar." Balas Anna sangat santai.

"Tapi jas itu mau saya pake Anna!"

"Kak kenapa marah-marah? Jasmu di lemari masih banyak." Anna mengulangi perkataan Hitler dengan sedikit perubahan.

William mengepalkan tangannya menahan emosi. Ia tidak menyangka adiknya yang satu ini sangat liar dan mempunyai nyali yang cukup besar. Tidak takut pula. Ia mencengkram tangan Anna kuat-kuat.

Anna pun meringis, jujur saja cengkraman William tidak main-main dan sangat sakit. Ia yakin nanti pasti akan meninggalkan jejak kemerahan. Air matanya turun berjatuhan.

Hiksss hiksss

Mendengar isakan Anna membuat William jadi merasa bersalah. Ia langsung menarik Anna ke dalam pelukannya. "Maaf" Ucap William dan memberi kecupan-kecupan kecil ke pucuk kepala Anna. Ia lupa adik kecilnya ini tidak boleh terluka bahkan seinchi pun.

Anna masih belum juga berhenti menangis.

Anna mendekatkan kepalanya ke lengan William. Tangan kanannya lepas dari pinggang William. Kaki kirinya bergerak mengetuk-ngetuk tanah lapang.

Entah ada apa mereka sama-sama menyeringai sekarang. William tersenyum misterius, sedangkan Anna tersenyum licik.

Beberapa detik berikutnya.
.
.
.
.
.
.
.
.

FIGURAN (SOK) SIBUK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang