Lah Ulang Tahun?

19.8K 2.6K 63
                                    

Inti Bratasena (kecuali Roy) dan Anna menuju ke bandara. Mobil sudah dikembalikan. Giselle dkk juga sudah pulang menggunakan bis dengan siswa yang lain. Sebenarnya Kenzo meminta izin kepada guru agar Giselle dkk pulang menggunakan pesawat saja. Namun tidak diberi izin, guru khawatir siswa yang lain akan iri dan merasa didiskriminasi. Lagipula guru juga harus memastikan untuk menjaga siswa tetap aman, ditakutkan jika nanti ada kelalaian dan yang disalahkan adalah pihak sekolah.

"Gue nggak nyangka yang hilang terus kesurupan itu Reta" ucap Damian yang sedang mengenakan seatbelt.

"Gue takut kalo ternyata yang hilang Giselle" tentu saja itu ucapan dari Laksana.

"Lah emang ada yang hilang sama kesurupan kak?" Anna tidak mengetahui berita tentang hilang dan kesurupannya Reta.

Kenzo mengernyit bingung, bisa-bisanya dia nggak tau. "Lo gak tau? Padahal heboh banget digrup angkatan".

"Kita beda angkatan kali kak".

Kenzo lupa tentang fakta itu "Aaa iya, sorry lupa. Gimana lomba lo, juara nggak?".

Anna mengedikkan bahunya "Katanya sih menang".

"Kok katanya?" Timpal Aron.

"Gak ikut pengumuman soalnya"

Mereka ber-oh ria. Mereka tidak lagi mengobrol, lebih memilih tiduran. Mereka sekarang berada di dalam pesawat. Pesawat sudah lepas landas sedari tadi.

Setelah lebih dari satu jam, pesawat mendarat di Jakarta. Mereka pulang dijemput supir masing-masing. Sayang sekali Anna tidak punya supir. Beruntungnya Damian menawarkan tumpangan kepadanya.

"Makasihhh ya kak udah ditumpangin sampe ke rumah" ucap Anna sambil membungkuk berkali-kali.

"Sama-sama. Yaudah duluan ya Ann" Damian melambaikan tangannya.

Anna menatap gerbangnya yang besar dan tinggi itu cukup lama. Huhhh, udah lama pekarangannya gak dibersihin, pasti kotor banget.

Anna mengambil kunci gerbang dan membukanya. Ia dorong sedikit agar bisa masuk. Ia menutup kembali gerbangnya. Saat menoleh ke rumahnya ia terkejut, banyak sekali mobil mewah berjejer di pekarangannya. Kondisi pekarangannya juga sangat bersih, bahkan sehelai daun pun tidak ada.

Anna membuka pintu rumah, keadaan di dalamnya sangat gelap. Ia mencari saklar dan menghidupkannya. Dannn....

"HAPPY BIRTHDAY TO YOU...
HAPPY BIRTHDAY TO YOU...
HAPPY BIRTHDAY TO ANNA...
Smoga panjang umur..."

Otak Anna sedikit nge-lag sekarang. Dia berpikir apakah mereka salah rumah? Rumahnya penuh dengan merchandise khas ulang tahun. Ruang tamunya penuh dengan bungkusan kado berbentuk kotak dihiasi pita warna-warni. Mengingatkannya akan suasana natal.

Seorang ibu-ibu membawa kue di hadapannya. Seorang bapak-bapak dan yang seperti anaknya mengenakan topi kerucut khas ulang tahun dan membawa peluit. Tak hanya itu, masih banyak orang yang tiba-tiba muncul dari belakang. Dan itu sangat banyak, terlihat seperti keluarga besar beserta bodyguards nya.

Anna linglung hingga melamun. Ayolah dia tidak tau kali hari ini ulang tahun Anna asli. Dia tidak mengingat hari ulang tahun raga yang ditempatinya. Dulu, sebelum transmigrasi, keluarganya tidak pernah merayakan ulang tahunnya sampai dia lupa tanggal kelahirannya sendiri. Dan tiba-tiba banyak orang datang ke rumahnya untuk merayakan ulang tahunnya. Tentu saja ia bingung.

"Anna sayang, make a wish terus tiup lilinnya" ucap ibu-ibu yang sedang memegang kue. Wajahnya terlihat cukup muda untuk seukurannya.

Seperti diperintah, Anna otomatis menutup mata dan make a wish. Lalu meniup lilin. Setelahnya terdengar suara tepuk tangan yang meriah.

"Kalian siapa?" Tanya Anna sedikit berhati-hati.

"Kami keluarga aslimu nak" Jawab ibu tadi.

Anna mengernyit bingung, alisnya naik satu "What??? Kayaknya salah orang deh".

"Tidak nak, kamu memang anak kami. Kamu dirawat sama pembantu kami".

Raut wajah Anna menjadi sangat datar "Nggak usah nipu".

Seorang laki-laki yang terlihat muda memberikan bukti berupa hasil DNA yang menyatakan ia memang anak kandung dari mereka.

Anna masih belum percaya, bisa saja tes DNA tadi dimanipulasikan? "Terus kenapa dititipin sama Bapak dan Ibuk?".

"Dulu keadaan kami sangat bahaya, kamu satu-satunya anak perempuan dikeluarga kami. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kami memilih menitipkan kamu ke pembantu" balas Bapak-bapak tadi.

Anna terkekeh kecil dan berpikir bahwa hal tersebut sangat tidak masuk akal. "Terus kenapa baru nemuin sekarang. Padahal dari dulu juga bisa. Apalagi setelah bapak ibuk meninggal, kenapa gak langsung nemuin saya?"

Raut orang-orang tadi menjadi sedikit sendu. "Maafkan kami, saat itu juga kondisi kami masih dalam bahaya".

Anna mengangguk mengerti, tapi tunggu, kakinya sedikit pegal karena berdiri terus. Ia memutuskan untuk duduk di lantai. Ternyata mereka semua yang ada di ruangan itu juga ikut duduk secara bersamaan. Anna bahkan hampir tertawa, tapi ditahan. "Okeyyy. Aaa tunggu sebentar, apa kalian dibalik kekayaan bapak ibuk yang nggak pernah habis? Dan sebahaya apa sih kok sampe segitunya?"

Mereka mengangguk secara bersamaan. "Sebenarnya kekayaan yang kami berikan itu tidak seberapa" jelas seseorang yang berpakaian sangat formal dengan gaya khas CEO. "Dulu kamu kami kita dalam keadaan yang sangat bahaya. Kami dulu dikejar musuh mafia keluarga kita".

Anna tertawa terbahak-bahak, ayolah itu terdengar seperti fiksi. Oke Anna percaya jika ada mafia, tapi mereka? Ck ck, okelah tampang mereka memang sedikit menyeramkan ditambah dengan banyak bodyguard.

Mereka semua menatap datar ke arah Anna yang asyik tertawa sendiri. Anna yang sadar ditatap datar oleh semua orang pun menyadari, bahwa ucapan orang itu nyata.

"Bercanda kan?" Ucapnya memastikan dengan raut wajah yang cemas. Melihat reaksi mereka yang sepertinya serius, Anna langsung jatuh pingsan.

***

Bis kelas 11 sudah sampai ke Jakarta, mereka menginap di hotel satu malam.

Giselle dkk sudah menuju ke alam mimpi. Tapi ada satu yang bangun yaitu Maima. Ia keluar dari kamar dengan hati-hati dan diam-diam. Ia menengok ke kanan kiri untuk memastikan tidak ada yang mengikutinya.

Maima turun ke lobi menggunakan lift dan menuju ke taman hotel. Di sana ia bertemu dengan laki-laki yang terlihat tinggi dan gagah. Mereka menatap satu sama lain lalu berpelukan seperti sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu.

"Kapan sih kita bisa pacaran gak perlu sembunyi-sembunyi lagi?" Tanya Maima yang mulai lelah backstreet. Mereka sudah berpacaran sejak SMP kelas 2 dan dengan alasan berbeda sekolah mereka memutuskan untuk backstreet.

Laki-laki tadi menghela nafas, namanya Lorenzo. Dia sebenarnya juga lelah ketika rindu dengan kekasihnya tapi malah harus menemuinya secara diam-diam. Seperti mereka adalah pasangan terlarang saja. Tapi jika mereka terang-terangan berpacaran, dia takut nanti Maima akan terkena masalah, mengingat sekolahnya bermusuhan dengan Smakadirja. Bukan musuhan sih, tapi lebih tepatnya saling bersaing satu sama lain untuk mendapat posisi terbaik/pertama.






Tbc.

WADIDAWWW nggak nyangka udah 1k yang baca. Gileeee gileeee.

Makasihhh\(^o^)/\(^o^)/

FIGURAN (SOK) SIBUK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang