Delete Scene #4

6.1K 799 14
                                    

Why did she die?
Persimpangan Kematian

Abel akhirnya lebih bisa tenang dan berpikir jernih dari sebelumnya. Ia menemukan banyak fakta tentang keluarga McKenzie yang sangat badjingan. Ia mendengar cerita dari para keluarga korban lainnya. Sejujurnya sampai saat ini ia masih tidak habis pikir dengan keluarga bermarga McKenzie tersebut.

Kata licik saja tidak cukup untuk mendeskripsikan kebejatan keluarga McKenzie. Segampang itu mereka menjualnya ke keluarga lain? Yang bahkan sama badjingannya. Ya, ia sudah mengingatnya, tetapi tidak terlalu detail. Yang dia ingat keluarga yang membelinya memperlakukan dengan buruk.

Karena merasa kondisinya sudah jauh lebih membaik daripada sebelumnya, ia memilih untuk jalan-jalan pada malam ini. Ia merasa lebih aman jika berkeliaran pada malam daripada siang hari. Aneh memang, seharusnya orang, terutama perempuan akan merasa lebih aman jika berpergian pada siang hari. Namun Abel justru sebaliknya. Ia merasa jauh lebih aman ketika berpergian pada malam hari, karena resiko orang mengenalinya jauh lebih sedikit. Kalau siang akan banyak orang yang berlalu lalang dan menangkap keberadaannya. Walau ia tau ia bukan artis, tapi dia hanya mengantisipasi. Mencegah lebih baik kan daripada mengobati.

Dengan penampilan tertutup, ia jalan-jalan ke tempat yang agak jauh. Hanya ingin menghirup udara segar. Walau faktanya udara di sekitarnya tidak juga segar. Tapi itu lebih baik daripada berada di bawah tanah terus-terusan. Ia juga ingin melihat cahaya lampu mungkin? Tak mungkin ada matahari kan dimalam hari.

Ia menyempatkan diri untuk mampir ke toko sebentar, sekedar membeli minuman yang harganya tidak mencapai lima ribu rupiah. Setelah itu ia kembali berjalan lurus terus.

Tepat di persimpangan, ia menengok ke kanan kiri beberapa kali. Memastikan tidak ada kendaraan yang lewat saat menyebrang. Setelah dirasa aman, ia mulai melangkah ke seberang jalan. Sampai tiba-tiba ada sebuah mobil melaju ke arahnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Tanpa sempat memproses apa yang terjadi, ia hanya melamun dan menengok ke arah mobil tersebut.

"AAAAAaaaaa," teriaknya saat mobil tepat berjarak lima puluh centi meter darinya. Beruntungnya ah bukan, belum sialnya ia berhasil selamat atau tidak jadi tertabrak. Jantungnya berpacu kencang.

Orang tadi yang mengendarai mobil dengan ngawur pun keluar. Ia menghampiri Abel yang tampaknya masih shocked. Tanpa aba-aba orang itu memeluk Abel sangat erat. Abel sampai bingung dibuatnya.

"Maafff," ucap laki-laki tersebut dengan sangat lirih.

Lagi-lagi Abel kembali terkejut. Ia berusaha melepaskan pelukan tersebut. Ia sadar orang yang tengah memeluknya adalah salah satu anggota keluarga iblis. "Lepas!" Pinta Abel penuh penekanan.

William tak kunjung melepaskannya, bahkan malah semakin erat dan terkesan intim.

Segala cara Abel kerahkan agar pelukan tersebut terlepas. Tapi tak ada satu pun cara yang berhasil. Ia mencoba berteriak agar ada satu orang saja yang menyadari keanehan ini dan menyelamatkannya dari iblis kurang ajar ini yang sialnya pernah menjadi kakaknya. Yang sialnya lagi membuatnya merasakan menjadi saudari yang incest.

Setelah beberapa menit terdengar suara mobil yang nyaring. Abel tersenyum, merasa ada harapan. Dengan sekuat tenaga ia pun berteriak. "TOLONGGG-TOLONGGG!"

Mobil tersebut berhenti, Abel sangat senang. Tapi senyumnya luntur kala melihat orang dibalik mobil tersebut, yang tak lain dan tak bukan adalah Hitler. Iblis lainnya yang tak kalah gila dari William.

"Hai my lovely little sister," ujar Hitler dengan senyuman yang terkesan mengejek. Dan memang benat, Hitler sedang mengejek Abel.

"Jangan gitu lah bang," ujar Jackson yang baru saja datang menggunakan motor ninja kesayangannya. Ia mengambil alih Abel dari pelukan William. William hanya berdecak malas.

FIGURAN (SOK) SIBUK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang