Comeback

10.3K 1.6K 121
                                    

Reta berjalan di tengah jalan, di antara buliran air jatuh dari kayangan. Ia menyembunyikan tangisnya di antara hujan. Biarkan ia menangis sepuasnya, toh orang tidak akan tau tentang tangisannya.

Hujan semakin lama semakin deras, angin juga mulai kencang. Udara semakin dingin menusuk tulang. Padahal ini belum malam, malah matahari terlihat enggan tenggelam.

Reta menagih janji kepada sang pemilik hati. Reta meminta waktu, meski tak sesering dulu. Reta ingin bersama, walau dia terlihat enggan untuk sekedar menatapnya.

Ia sendiri, di pinggir jalan, menikmati setiap tetesan. Melupakan sejenak rasa kesepian.

Janji dari sang pemilik hati tak ditepati. Padahal ia sudah menunggu dengan waktu yang cukup lama. Kali ini ia meyakinkan hatinya sendiri untuk tak lagi mentolerir. Karena ini bukan pertama kalinya, tapi kesekian kalinya.

Anna mengendarai motornya dengan laju cepat karena hujan dan tak ada tempat untuk berteduh.

Di perjalanan, ia bertemu dengan perempuan. Kalau ia ingat-ingat lagi, dari belakang tampak seperti Reta.

Ia menghentikan sejenak motornya di samping Reta.

"Heii Ret, ngapain hujan-hujanan?" Tanya Anna keheranan. Ia sedikit berteriak agar suaranya tidak kalah dengan hujan.

Justru Reta tersenyum manis. "Dari hujan aku belajar, rasanya berulang kali dijatuhkan, terkadang kedatangannya tidak diinginkan, tetapi tetap kembali."

Anna mengernyit bingung. "Apa sih anjir. Gue nggak tanya filosofi lo tentang hujan bambang! Ini hujannya deres banget. Neduh dulu sana!"

"Gak, aku mau menangis dulu di bawah hujan. Biarkan tangisanku melebur bersamanya. Tidak ada yang akan tau bahwa aku menangis." Jawab Reta.

Anna cengo, benar-benar tidak habis pikir. Apa hubungannya hei, batinnya. "Hujannya lebat banget anjir! Lo gak mau pulang apa? Mumpung gue lagi baik hati, gue anter deh."

Reta menggeleng, "Nggak perlu makasih."

Suara guntur terdengar, Anna berteriak kaget. "Sumpah lo nggak mau? Petirnya gede banget ini?!"

Reta menggeleng lagi.

Tak mau berlama-lama lagi. Anna langsung melajukan motornya, sebelum hujan semakin lebat.

Yeah, Anna menggunakan motor. Jangan membayangkan motor sport atau klx dan lain sebagainya. Ia menggunakan motor scoopy. Kakinya tidak sampai untuk mengendarai sport dll. Lagipula ia juga tidak tau bagaimana cara mengendarainya.

Anna diberi izin karena ia kembali sibuk. Ia juga sempat mengancam ingin bunuh diri. Karena ancaman itulah keluarganya langsung mengizinkannya.

***

Hari mulai malam, hujan sudah reda. Tak ada suara guntur ataupun petir. Tapi suhu masih dingin, sangat cocok untuk tidur sembari mendengarkan lagu.

Tapi tidak untuk William. Ia bersiap memasuki dunia malam. Menikmati hingar bingar club yang dipenuhi dengan kesesatan.

Ia memesan vodka dan meminumnya dengan santai. Sendirian. Pikirannya kalut dan butuh sedikit ketenangan. Ia ingin menghilangkan beban yang ada dikepalanya, untuk sejenak.

Di sisi lain sang bartender memberi kode pada temannya.

Entah berapa banyak botol yang William habiskan, kini ia sudah mulai kehilangan kesadaran. Bukan pingsan, hanya saja pikirannya sudah melalang buana. Rasanya seperti terbang ke angkasa. Ia mabuk dan berjalan sempoyongan.

FIGURAN (SOK) SIBUK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang