Sean mendapat pesan dari seseorang untuk menemuinya di suatu tempat. Awalnya ia ingin mengabaikan pesan tersebut. Tetapi orang itu membawa-bawa nama Anna membuatnya sedikit resah. Alhasil dia sekarang dalam perjalanan menuju tempat yang dimaksud.
Sesampainya di sana, ia menemukan seorang pria dengan pakaian formal berjas membelakanginya.
"Udah dateng?" Tanya pria tersebut.
Sean memutar bola matanya malas. "Stop basa-basi."
Pria tersebut berbalik dan menghadap ke Sean.
Sean terkejut melihat pria tersebut, ia adalah William, kakak pertamanya Anna.
"Bang William?" Tanya Sean memastikan.
William mengangguk, "Jauhin Anna!" Kali ini ia tak berbasa-basi lagi.
"Males."
"Lo gak pantes buat Anna." Perkataan William membuat Sean berdecih. Ia membatin, bahkan mereka lebih tidak pantas untuk hanya sekedar dekat dengan Anna.
"Not your business!" Ujar Sean.
"Of course that's my business. She's my lil sister. I'm her brother. She's my family."
Sean berdecak, berdecih, menatap tak suka. Juga ingin tertawa sekencang-kencangnya.
William berpura-pura menghela nafas berat. "Hahhh, tapi kalo lo beneran serius sama Anna. Lo harus lawan gue dulu. Kita lihat siapa yang menang. Lo mampu gak jaga Anna seumur hidup lo?"
Deggg
Jantung Sean seakan mau copot. Jujur saja, skill beladirinya belum terlalu bagus. Ia jelas tidak ada apa-apanya dibanding William yang sudah bertahun-tahun bergelut dengan dunia bawah. Sean tau, kemampuannya belum terlalu mumpuni. Dan sekarang ia harus melawan William?
Saatnya mengucapkan selamat tinggal. Huh.
William melancarkan pukulan pertamanya pada pipi Sean. Lalu meluncurkan pukulan-pukulan. Sean kecolongan banyak, terlihat jelas lebam. Ia berusaha menangkis pukulan William dengan tangannya. Sekali-kali memberikan pukulan. Saat William lengah ia menendang perutnya. Pergelutan masih berlanjut, tidak ada yang mau menyerah. Muka mereka sudah tidak berbentuk lagi.
Akhir pertarungan tentunya dimenangkan oleh William. Kemampuan dan pengalamannya sudah tidak perlu diragukan lagi. Bertahun-tahun bekerja di dunia bawah, ia sudah hafal berbagai macam gerakan teknik beladiri. Sangat mudah untuk melumpuhkan lawan yang belum berpengalaman seperti Sean. Apalagi skill Sean sangat basic. Jangan lupa perbandingan postur mereka yang cukup berbeda. William berotot kekar sedangkan Sean otot nya tidak sekekar William tentunya (tergolong normal), seperti bocah SMA pada umumnya. Tinggi mereka juga cukup berbeda. Sean memang sedikit lebih pendek dari tinggi normal laki-laki. Inilah salah satu penyebab kekalahan telak Sean.
Ekspetasi William terhadap Sean terlalu tinggi. Ia kira setidaknya Sean berhasil mematahkan tangannya atau sekedar mengarahkannya. Yang diberikan Sean hanya beberapa lebam dan pukulan menghiasi wajahnya.
"Ck, ekspetasi gue ke lo kayanya terlalu tinggi. Heh, ck lagian apa yang bisa gue harepin dari cowok yang suka nari ck ck ck."
William segera pergi dan Sean masih duduk sambil memegangi sudut bibirnya. Ia merasa kurang persiapan. Dengan tertatih-tatih ia menuju ke motornya, menaikinya dan pulang ke rumah.
***
Pagi-pagi Anna berlari dari kamar menuju garasi dengan kecepatan tinggi. Banyak maid yang kebingungan melihatnya. Apalagi ini masih jam 5 pagi. Rambut Anna terlihat masih sangat berantakan, belum disisir. Juga masih memakai baju tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN (SOK) SIBUK ✓
Teen FictionTentang Anabelle Si Figuran yang sibuknya ngalah-ngalahin pemeran utama. Si Figuran yang misterinya tak terhingga. Si Figuran yang kayanya melebihi tokoh utama. Si Figuran yang entah uangnya datang dari mana. Si Figuran yang berteman dengan antagoni...