Berada di dalam mobilnya, Jimin terdiam menatap kalung dengan liontin berupa cincin pernikahan milik Lisa yang mengait pada lehernya. Entah mengapa ucapan wanita itu kembali terngiang di dalam kepala.
' Aku meminjamkan benda itu padamu. Jadi kamu harus mengembalikannya kepadaku, mengerti?'
' Sebagai gantinya aku janji tidak akan bepergian sendiri'
' Aku akan jaga diri. Jangan khawatir!'
Tanpa sadar bibir Jimin melengkung naik membayangkan wajah cantik sang istri ketika mencium kedua pipinya dengan lembut.
' Tinnn tinnn tinnnn'
Dering nyaring klakson membuat lamunannya buyar. Dengan cepat Jimin tancap gas setelah menyadari kalau lampu telah berubah jadi hijau. Berhenti di sebuah apartemen, Jimin langsung turun dari mobilnya setelah melihat Michele dan Jowoon yang sedang menata beberapa koper ke dalam bagasi.
" Kalian...mau pergi kemana?"
" Jowoon ingin berkunjung ke rumah neneknya. Jadi aku memutuskan untuk pergi menemani"
Jimin menoleh pada Jowoon yang menghindari tatapan darinya.
" Kalian hanya berdua?" Michele mengangguk sebagai jawaban. Setelahnya wanita itu berjalan masuk untuk mengambil beberapa barang lainnya. Seperginya Michele, Jimin pun berjalan pada Jowoon yang tertunduk di hadapannya.
" Jowoon-nnie?"
" Aku senang appa sudah bisa bertemu dengan anak kandung appa" ucapan Jowoon membuat Jimin terdiam.
" Mama sudah cerita semuanya" Jowoon mendongak menatap kedua manik Jimin. Pria itu dapat melihat jelas raut kesedihan dari sorot matanya. Dengan hati - hati ia menyentuh kedua bahu Jowoon lalu membungkuk.
" Maaf..." Hanya itu yang sanggup ia katakan. Jowoon menggeleng dan menyibakkan pelan tangan Jimin dari bahunya.
" Aku mengerti appa telah mengalami banyak kesulitan. Salah satunya adalah hal ini...
Aku minta maaf...sungguh.." Kata Jowoon." Tidak. Kamu tidak salah apapun " Jimin menyentuh puncak kepala bocah itu dengan lembut.
" Aku sudah memilih keputusan yang aku ambil"
" Keputusan?"
Jowoon mengangguk.
" Aku akan ikut mama dan papa "
Tidak mau berbohong, namun Jimin merasakan ada sesuatu yang menyesakkan menghantam dadanya. Ucapan Jowoon barusan entah mengapa membuatnya sedikit kecewa. Namun tidak ada gunannya juga. Bisa dibilang bocah itu memang harus memilih salah satu untuk kedepannya. Ia tidak bisa terus - terusan memiliki dua 'ayah' dalam hidupnya.
" Jujur saja aku iri dengan Junghwan..." Jimin mengerjapkan kedua matanya lalu menatap pada Jowoon yang juga tengah menatapnya.
" Dia anak yang payah... tapi dia bisa memiliki ayah yang hebat...
Aku iri..."Kedua tangan Jowoon terkepal erat. Jimin menghela nafas lalu menggenggam kedua tangan itu agar kepalannya terhenti.
" Hanya hebat, namun senang ingkar janji..."
Ia memeluk Jowoon dan berkata...
" Maaf appa tidak bisa berlibur ke rumah nenek bersamamu. Ada urusan yang harus appa selesaikan"
" Hmmm... aku mengerti"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flawless 4 : Behind Blue Eyes ( Lismin) - COMPLETE ✔
FanfictionJimin adalah seorang pria paling buruk menurut banyak laki - laki karena ia meninggalkan anak dan istrinya hanya karena ego. Namun siapa sangka, dibalik semua itu. Jimin adalah suami dan ayah yang rela berkorban segalanya demi keluarga. Buku ini aka...