Normal POV
Ini sudah 5 hari berlalu. Pria bernama Park Jimin itu hanya menghabiskan waktunya untuk, makan, tidur, mandi, begitu terus sampai - sampai membuat Junsu dan Hongseok pukul jidat.
" Apa yang sebenarnya terjadi kepadanya Jun? kau tahu?"
" Tidak hyung..."
Hongseok menghela nafas lalu menepuk sebelah bahu Junsu pelan. Pria itu tersenyum lemah lalu berkata padanya.
" Tolong hibur dia. Aku tidak tega melihat Jimin yang murung tidak jelas seperti kalkun diabetes"
Setelah mengatakan demikian, pria itu beranjak dari depan pintu kamar untuk menuju lantai dasar. kembali melatih para anak didiknya. Sedangkan Junsu? Pria itu mengacak surainya kasar. Dengan perlahan ia menekan kenop pintu kamar Jimin. Ia melongok masuk. Di sana ada Jimin yang sedang berbaring sambil memeluk sebuah guling. Kedua maniknya sayu sambil menatap sapu tangan lavender di tangannya.
" Jim?"
Jimin bangkit dan menatap malas pada Junsu yang mendudukan diri diatas kursi belajarnya.
" Ada apa hyung? perlu bantuan untuk melatih anak - anak?" Tanyanya to the point. Junsu menggeleng pelan. Ia menatap Jimin dan benda di tangannya secara bergantian beberapa kali.
" Katakan padaku. Apa yang salah denganmu? sesuatu yang buruk terjadi kah?"
Jimin menggelengkan kepalanya. Dengan malas ia berbalik untuk menatap Junsu. Bibirnya sesekali ia gigiti. Maniknya mengernyit karena kepalanya yang terasa pening dan berat.
" Aku tidak tahu ini buruk atau tidak..."
Junsu mengetukan ujung jarinya pada meja kayu yang dipenuhi barang - barang berupa buket bunga yang sudah layu, boneka, aksesoris dan lainnya. Melihat berbagai macam barang itu membuat Junsu menyimpulkan sesuatu.
" Apakah ini tentang Lisa?"
Jimin mengangguk. Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar dan kembali berbaring.
" Ini sudah hampir seminggu berlalu, dan kau tidak mengirim semua ini kepadanya. Kenapa?"
Dari tempatnya berada, dapat dengan jelas Junsu lihat kalau bibir Jimin bergetar, dan setetes airmata mengalir membasahi pipinya.
" Boleh tidak kalau aku menyerah saja hyung.."
" Apa maksudmu??"
***
Jimin POV
Aku menghela nafas berat setelah menceritakan semuanya kepada Junsu hyung. Pria itu mengomeliku habis - habisan karena kecerobohanku. Entah mengapa pria itu tidak ada lelahnya mengoceh sepanjang perjalanan. Bahkan setelah kami sampai di depan sekolah putraku, dia masih berkicau seperti burung sinting.
" Astaga Jimin dasar kau bodoh!!! Bodoh! Bagaimana jika Lisa nanti mengenalimu? bisa sia - sia perjuanganmu sembunyi selama 4 hampir 5 tahunmu ini!??!"
Kuusap kedua telingaku yang panas. Aku lirik dia dengan sangat malas.
" Aku tahu aku bodoh dan ceroboh hyung. Tapi bisakah kau berhenti mengoceh? lihat! Telingaku sudah bergetar karena ocehanmu yang tiada henti!" ucapku dengan sangat kesal kepadanya.
Junsu hyung menghela nafasnya lalu bersandar ria pada jok mobil. Seperti biasa, ia menyalakan rokok dan membiarkan tubuhnya rileks. Semudah itu ia menjalani hidup. Tidak seperti aku yang selalu dilanda kecemasan.
" Baiklah. Maafkan aku karena kebanyakan mengoceh. Tapi biarkan aku tahu alasan kenapa kau seenaknya menguntit Lisa tanpa kehadiranku?" ucapnya setelah membuang asap berwarna putih yang pekat dari rokoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flawless 4 : Behind Blue Eyes ( Lismin) - COMPLETE ✔
FanfictionJimin adalah seorang pria paling buruk menurut banyak laki - laki karena ia meninggalkan anak dan istrinya hanya karena ego. Namun siapa sangka, dibalik semua itu. Jimin adalah suami dan ayah yang rela berkorban segalanya demi keluarga. Buku ini aka...