Bonus Chapter 2 : How to Deal with It

191 19 13
                                    

Pasca kejadian itu, mimpi buruk yang dialami Junghwan benar - benar berada dalam fase paling parah. Karena setiap malam ia pasti terbangun dan berteriak memanggil ibu atau ayahnya. Jika ditanya, Junghwan selalu bilang, kalau nenek sihir itu terus datang menghantuinya. Jika dulu hanya diam, kini nenek sihir itu tertawa sambil mengeluarkan darah. Terdengar sangat menyeramkan. Jadi jangan heran kalau Junghwan bisa sampai sehisteris itu.

"Kurasa Junghwan telah mengalami Post Traumatic Syndrome. Sebuah gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis." kata dokter Hoon pada Lisa dan Jimin yang ada di hadapan mereka. Sedikitnya Jimin merasa lega. Setidaknya ini adalah hal logis yang bisa disembuhkan dengan obat. Bukan hal mistis. Karena nyaris saja Jimin memanggil paranormal untuk memeriksa rumah. Siapa tahu saja ada hantu yang coba merasuki Junghwan.

"Sebenarnya ketakutannya terhadap penyihir itu adalah hal yang biasa. Bisa hilang dalam beberapa hari karena lupa. Hanya saja mungkin semakin diperparah karena ia melihat darah yang banyak. Bisa saja begitu"

"Tidak heran dia bisa sampai mengalami hal itu. Peristiwa yang ia alami terlalu berat untuk diterima anak seusianya" kata Jimin sambil menaikkan sebelah kakinya.

"Hmm. Karena itulah kalian sebagai orangtua perlu melakukan beberapa hal ini agar traumanya tidak semakin parah,"

...

Sepulangnya dokter Hoon, Jimin langsung beranjak menuju lantai atas. Di ruang keluarga ia melihat Junghwan yang sedang bermain lego ditemani oleh Lisa. Tidak seperti sebelumnya, kali ini Junghwan terlihat tidak tertarik dengan mainan favoritnya itu. Ia bahkan mengabaikan Chimmy yang biasanya sangat ia sayang.

"Junghwan-nnie?" Junghwan mendongak dengan wajah datarnya.

"Mau pizza?" Bocah itu menggeleng cepat. Ketika Jimin akan duduk di atas sofa, pria itu tak sengaja menyenggol menara lego Junghwan hingga membuat benda itu ambruk dan hancur berkeping - keping.

"E-eh maaf appa tidak sengaja"

"APPA!!!" Junghwan tiba - tiba melempar Chimmy hingga tepat mengenai wajah Jimin. "AAAAaa!!!" ia berlari menuju kamarnya. Melihat hal itu membuat Lisa dan Jimin tentu saja tercengang. Akhir - akhir ini Junghwan benar - benar sensitif. Mudah marah juga mudah menangis. 

Samar - samar mereka mendengar suara Junghwan yang menangis dari dalam kamar. Dia pasti tantrum. Lisa baru akan beranjak untuk menenangkannya namun Jimin mencegahnya.

"Biar aku saja" katanya. Lisa menggedikkan bahunya dan membiarkan Jimin masuk ke dalam kamar Junghwan. Namun tak lama setelah itu

"PERGIII!!!"

Jimin kembali keluar dari kamar Junghwan. Ia menutup pintu kamarnya dengan panik. Lisa menepuk jidatnya lalu menghampiri Jimin.

"Kubilang juga apa hm?" Jimin mengerucutkan bibirnya dan membiarkan Lisa masuk. Di dalam kamar, Lisa melihat kamar Junghwan sedikit berantakan. Banyak sekali barang yang ia lempar hingga tersebar kemana - mana.

"Hwan-nnie?" Lisa mendudukkan dirinya di samping ranjang. Dengan hati - hati ia merengkuh Junghwan yang tidur tengkurap.

"Appa kan tidak sengaja?"

"Hiksss hiksss a-aku benci appa!" Tentu saja Junghwan tidak sungguh - sungguh dengan ucapannya. Itu hanyalah perasaan kesal sesaat yang wajar orang alami.

...

Malam telah tiba. Sekitar pukul 10 malam. Lisa harus kembali berlari menuju kamar Junghwan karena lagi - lagi Junghwan terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk. Padahal ini baru setengah jam ia tidur.

Flawless 4 : Behind Blue Eyes ( Lismin) - COMPLETE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang