Chapter 32 : Pancake 🔞

392 23 4
                                    

" Kamu tidak lupa kan apa tujuan kita kemari?" Lisa berbicara tanpa menoleh sekalipun.

Jimin tersenyum penuh arti. Ia pun mendudukkan diri di samping ranjang kemudian berkata...

" Ayo lakukan itu. Aku tidak akan mampu menolaknya " Lisa menoleh dengan wajah yang bersemu merah. Ia melihat Jimin yang merentangkan kedua tangannya. Dengan ragu ia mulai melangkah untuk mendekat. Mereka terus saja saling tatap hingga kini telah berhadapan pada jarak yang tidak terlalu jauh. Jimin menyibakkan sekilas rambut hitamnya kemudian menepuk kedua pahanya. Sebuah isyarat yang luar biasa membuat Lisa semakin bersemu. Mengabaikan debaran jantungnya yang luar biasa hebat, Lisa pun mendudukkan dirinya di atas paha pria itu.

Tentu saja mereka masih terus saja saling tatap tanpa kedip. Seakan - akan keduanya saling berkomunikasi lewat tatapan itu. Perlahan tapi pasti Lisa mulai menyentuh sebelah pipi Jimin. Mengusap penuh arti, kemudian turun menuju dadanya.

" Bukankah kamu sedang merasa lelah?"

Jimin terkekeh kemudian menggenggam tangan Lisa dan mengarahkannya pada kancing kemejanya.

" Hanya alasan agar kita bisa segera kembali ke hotel dan memulai ini " Lisa tersenyum tipis dan mengikuti isyarat pria itu. Dengan sebelah tangan, Lisa mulai melepas satu persatu kancing kemeja Jimin. Namun ketika kancing itu terlepas pada bagian pertengahan, Lisa harus tercekat ketika tiba - tiba Jimin mengangkat tubuhnya, kemudian menjatuhkannya ke atas ranjang.

Lisa berusaha menahan nafasnya ketika kini wajah tampan pria itu berada tepat di atas wajahnya. Perlahan matanya mulai terpejam ketika Jimin bergerak menghendus wajah hingga lipatan lehernya. Lisa meremas seprai yang menjadi alas. Bibirnya ia jilati beberapa kali kala Jimin mulai mengecup satu titik sensitif yang da di tubuh wanita itu. Dalam hati Lisa berdoa semoga Jimin tidak menggunakan gigi - giginya lagi. Meski terasa nikmat, tetap saja itu menyakitkan setelahnya.

" Aku sangat menyukai rambutmu " Jimin memulai aksinya.

Lisa membuka kedua matanya kala Jimin membelai rambutnya dengan lembut. Wanita itu tersenyum sebagai balasan terima kasihnya. Dengan perlahan ia mulai memeluk tubuh Jimin yang masih setia di atasnya. Tangannya mengusap permukaan punggung kokoh itu. Aromanya sangat menggoda. Bukan wangi yang terlalu kuat, namun sangatlah maskulin dan memabukkan.

" Kamu tidak memakai apapun di balik ini kan?"

Lalisa mengangguk pelan. Ia benar - benar menuruti perkataan Jimin untuk tidak memakai bra ketika akan beristirahat. Pria itu tersenyum kemudian mencium bibir Lisa dengan hati - hati. Hanya sekedar Single Lip Kiss, namun itu cukup untuk memacu adrenalinnya. Apalagi ketika Jimin mulai menghisap bibir bawahnya dengan lembut. Sungguh Lisa dibuat mabuk.

" Pelan - pelan saja ya? Jangan terlalu buru - buru. Ingat, di sini hanya ada kita berdua " Ucapnya dengan suara parau yang sedikit terengah. Jimin tersenyum dan mengangguk. Terkadang ia begitu lupa diri jika sudah mencicipi sari tubuh Lalisa.

Kembali memulai aksinya, Jimin menciumi bibir Lisa dengan hati - hati. Wanita itu dengan senang hati pula membalas. Sembari mengusap punggungnya dengan penuh afeksi. Sentuhannya penuh arti di tiap jangkahnya.

" Mmmhh " Lisa tidak bisa menahan diri untuk melenguh ketika ciuman itu berpindah pada leher, rahang hingga dadanya. Ia mendongak dengan kedua mata yang berkedip dengan sayup - sayup. Jimin mengangkat kedua tangan wanita itu untuk berada di atas bantal agar membuatnya leluasa menghiasi tiap inchi tubuh wanita itu dengan jejak merah. Tulang selangka hingga rahangnya sama sekali tak terlewatkan.

Pria itu terus memainkan dua gundukan favoritnya dengan penuh arti. Sesekali ia mengecup bahkan menggigit kecil beberapa sisinya. Tak lupa juga menghisapnya seperti bayi yang kelaparan. Lisa menahan nafasnya kala jemari Jimin menarik turun celana yang ia kenakan. Menyisakan tubuhnya yang kini setengah telanjang. Lalisa mulai memburu ketika Jimin turun dan menjelajahi liangnya. Entah dengan jemari maupun mulutnya. Wanita itu tak bisa menahan diri. Ia menoleh kesana - kemari karena gejolak yang luar biasa membakar tubuhnya itu.

Flawless 4 : Behind Blue Eyes ( Lismin) - COMPLETE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang