Hari ini di dojo tempat Junghwan berlatih. Siang harinya cerah. Matahari bersinar dengan terik. Seperti biasa pada jam itu, dojo dalam kondisi yang tak terlalu ramai dengan adanya sekitar 6 anak SD yang sedang berlatih. Waktu menunjukkan pukul 1 siang. Di sudut sebuah ruangan, Junghwan duduk sendirian menunggu kedatangan paman Mininya. Ia terlihat suntuk dan sesekali menguap. Tentu saja semua itu tak luput dari pengawasan Jowoon yang berdiri tak jauh dari tempatnya.
Sebuah mobil tiba - tiba berhenti di area parkir. Junsu dan Jimin keluar dari sana dengan kondisi wajah yang sedikit babak belur. Jowoon pun berlari kecil menyambut kedua pria itu.
" Papa!!! Appa!!! "
" Ahh Jowoon-ah... Ke sini sejak kapan? " tanya Jimin sambil melepas jaket kulit hitamnya.
" Sejak tadi pagi tentu saja "
" Hah? Kamu bolos sekolah? "
" Emmm.. Hehehe" Jowoon terkekeh canggung. Jimin berdecak sambil mengacak suranya yang sedikit lepek akibat keringat.
" Tak masalah. Lagipupa sekolah itu tak terlalu penting " celetuk Junsu mendapat pelototan dari Jimin.
" Omong - omong kamu ke sini dengan siapa? "
" Dengan mama... "
Junsu sontak menegang di tempatnya.
" J-jangan bilang kalau... "
" Iya pa. Dia menunggumu di lantai atas sejak tadi pagi"
Pria itu langsung saja berlari untuk menemui Michele. Sepertinya ini adalah hari terakhirnya untuk hidup di dunia. Dalam hatinya terus berdoa semoga saja tunangannya itu sedang diet.
" Hahhh... Papamu memang orang yang payah " ucap Jimin sambil membimbing Jowoon untuk kembali masuk ke dojo.
Sesampainya di dalam dojo, Jimin langsung saja mencari keberadaan Junghwan kesayangannya. Ia haruslah terkejut ketika menemukan bocah itu sedang duduk terkantuk sambil bersandar pada dinding kayu. Pegangan tangannya dengan Jowoon pun terlepas begitu saja karena Jimin yang berjalan menjauh untuk menemui Junghwan. Di tempatnya Jowoon hanya bisa terdiam dengan raut wajah yang sulit diartikan.
" Junghwan-nnie? "
Jimin menepuk pelan kaki Junghwan. Bocah itu terlonjak di tempatnya. Seketika kantuknya hilang ketika melihat sosok Jimin sudah ada di hadapannya.
" E-eung paman Mini? "
Pria itu tersenyum dan mengacak surai Junghwan.
" Maaf ya? Paman terlambat "
Junghwan sangat ingin untuk tersenyum riang lalu meraih tangan pria itu agar mulai latihan saja. Namun entah mengapa semua keinginannya itu hilang ketika tak sengaja melihat Jowoon yang juga sedang melihatnya.
" E-emm... Junghwan mau pulang saja paman " ucapnya dengan tiba - tiba.
" Huh Pulang? Kenapa? "
Bocah itu hanya diam sambil tertunduk. Jemari mungilnya dengan panik memainkan ujung sabuk putihnya. Jimin menyadari perubahan emosi dari dalam diri Junghwan. Sebagai seorang ayah, ia dapat merasakan kalau ada sesuatu yang membuat bocah itu tak nyaman. Meskipun bisa dibilang mereka baru bertemu beberapa minggu ini saja, namun ikatan batin mereka sebagai sepasang ayah dan anak cukuplah kuat.
Jimin tersenyum dan meraih tubuh Junghwan. Digendongnya bocah mungil itu. Jimin bangkit dan berjalan menuju sebuah bangku. Ia mendudukan dirinya dengan Junghwan yang berada di atas pangkuannya. Bocah itu terdiam. Ia kembali merasakan kenyamanan yang familiar ini lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flawless 4 : Behind Blue Eyes ( Lismin) - COMPLETE ✔
أدب الهواةJimin adalah seorang pria paling buruk menurut banyak laki - laki karena ia meninggalkan anak dan istrinya hanya karena ego. Namun siapa sangka, dibalik semua itu. Jimin adalah suami dan ayah yang rela berkorban segalanya demi keluarga. Buku ini aka...