Only One - 22

50 14 2
                                    

Only One - 22 : Rencana

-----

SETELAH menghabiskan waktu bersama di daerah Gading, akhirnya Ling mengantar Miya kembali ke kosan. Cowok tersebut menghentikkan mobilnya lalu menatap Miya yang sedang tertidur.

Pasti gadis itu kelelahan karena tidurnya pulas sekali.

Tangan kiri Ling tiba-tiba terulur untuk mengelus rambut Miya, iris matanya meneduh saat melihat wajah mungil Miya yang mungkin seukuran telapak tangannya. Ling bertanya-tanya kenapa sampai sekarang dia masih suka dengan gadis itu.

Sejujurnya Ling takut Miya akan meninggalkannya,

Sama seperti kakaknya dulu...

"Gue enggak siap," Ling bergumam. "Gue gak mau ditinggalin lagi, jangan pernah putusin gue ya Miy."

Bukan hanya itu, Ling juga takut jika ia terlalu bertingkah pada gadis itu akan berdampak buruk pada hubungan mereka. Apalagi kalau terus cemburu melihat kedekatan Claude dengan Miya.

Ini berat.

Ling tidak mau rasa sukanya berubah jadi obsesi.

***

"Ah, pegel banget ih."

Miya meringis pelan sambil memijat leher belakangnya yang terasa kaku, gadis itu berjalan dengan langkah gontai menuju ke dapur.

Setelah sampai, iris mata Miya melebar ketika melihat Claude sedang asik menggambar dengan speaker JBL di dekatnya. Claude pasti sibuk bekerja karena tidak ada seorangpun yang bisa membantunya.

Setahu Miya komikus itu biasanya memiliki asisten agar pekerjaannya lebih mudah, kenapa Claude tidak menyewa asisten saja ya?

Dia terus saja bekerja sendiri.

"Ck, emang lu mampu selesaiin komik ini sendirian?" tanya Miya tiba-tiba dari pintu. Sontak, hal itu membuat Claude berjengit kaget lalu menoleh cepat ke arahnya.

Miya menaruh tentengan berisi onigiri di atas meja, dia berjalan mendekati Claude lalu duduk di sebelah cowok itu.

"Kenapa enggak sewa asisten?" tanya Miya serius. "Kalau lo sakit gimana? Jangan bilang lu mau begadang lagi?!"

Claude hanya bisa mendengus panjang. "Mau gak mau ... habisnya editor gue minta naskahnya dipercepat sih. Jadi gue—"

"Tetap aja lo harus istirahat! Masa kerja gila-gilaan sampai enggak tidur berhari-hari? Editor lu udah sinting ya?!"

Miya mendesis marah sambil menangkup kedua pipi Claude agar menatapnya, sorot mata serius yang ia tunjukkan berhasil membuat Claude kicep.

Bisa-bisa kuping Claude berdarah kalau Miya terus memarahinya begini.

"Gue udah biasa kok! Jangan terlalu khawatirin gue Miy, udah sering banget gue telat tidur gara-gara ngerjain komik,"

Claude nyengir, "makanya jangan ngomel terus, nanti lu cepat tua loh kalau marah-marah begini. Mau ya muka lo jadi keriputan sebelum umurnya?"

Telapak tangan Claude terangkat untuk mengacak-acak rambut Miya gemas, cowok bertubuh jangkung itu menunjuk kulkas dengan pensil.

"Sono minum air lemon yang lu minta tadi pagi. Si Kent udah bikinin buat lu," Claude memberitahu. "Onigirinya disimpan aja dulu ke dalam kulkas."

Miya hanya bisa menjalankan titah yang Claude ucapkan, gadis bertubuh mungil itu menggaruk pelipisnya sambil menunduk.

Tiba-tiba Miya teringat sesuatu.

Only One✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang