Only One - 4

159 29 2
                                    

Only One - 4 : Hadir

-----

CANGGUNG. Itu yang Miya rasakan saat duduk di sebelah Claude. Cowok itu memang tertidur, tapi tetap saja Miya merasa tidak nyaman jika berduaan dengan nya.

Belum lagi Kent belum juga kembali sedari tadi! Dia pergi ke mana sih?!

Miya mencibir pelan, dia kembali menyuruput secangkir teh yang sudah mendingin. Mood Miya memburuk.

Ah kampret banget dah, kok mendadak jadi nyesel ngekos di sini ya?

Saat ini logika dan perasaan nya sedang beradu sampai-sampai Miya sakit kepala. Daripada menghabiskan waktu di sini memang sebaiknya dia kembali saja ke kamar.

Kebetulan juga Claude tertidur, toh tidak ada masalah lagi kan?

Setelah meminum habis teh buatan Kent lalu menaruh gelas di dekat teko, Miya pun menegakkan tubuh nya dan hendak pergi dari sana.

Tak!

Namun langkah kaki Miya terhenti saat Claude tiba-tiba menahan lengan nya. Cowok berambut coklat itu memasang sorot serius ketika Miya menoleh.

Tubuh gadis itu membeku.

"Lo mau cabut ya? Kenapa ngehindarin gue?" tanya Claude serak. "Lo masih marah sama gue, hn?"

Miya mengerjap-ngerjapkan mata, dia mendengus keras. "Lepas." pinta nya dengan nada dingin.

"Sebelum lo jawab pertanyaan gue jangan harap bakal gue lepasin," sahut Claude tak kalah dingin.

Cowok bertubuh jangkung itu bangun dari posisi tidur nya, "salah gue apa? Cuma gara-gara 5 tahun gak ketemu langsung canggung gini?!"

"Ayo jawab, lo gak bisa kabur lagi karena kita satu kos. Kamar kita juga sebelahan Miy! Elo gak—"

Miya langsung menepis tangan Claude dengan keras, sorot mata nya menajam. "Lo sinting? 5 tahun gak ada kabar dan lu bisa ngomong sesantai itu ke gue?!"

"Heh! Kalau elu sibuk di luar negeri buat pengobatan, seenggaknya balas email gue buat ngasih info. Hampir setiap hari gue kayak orang dongo buat nungguin kabar dari elu!"

Raut wajah Miya berubah, rahang nya mengeras. "Apa susahnya sih balas email gue meskipun harus seminggu sekali?! Sesibuk apa lo di sana sampai-sampai gue diasingin? Gue itu—"

Miya menjeda unek-unek nya ketika melihat ekspresi kaget dari wajah Claude. Bahkan gadis itu mendesis pelan karena tidak sadar kelepasan.

Ck!

"Ba-bahkan gue jelasin pun elo gak paham Clau," lirih Miya sambil tertawa sinis. "Lupain aja...."

Gadis bertubuh mungil itu pergi meninggalkan Claude dengan cepat. Miya menahan emosi nya yang hampir tidak terkontrol, dia bisa gila kalau begini terus.

Brengsek!

Di sisi lain Claude menunduk saat mendengar semua ucapan Miya barusan, dia dilanda rasa bersalah karena melupakan soal itu.

Only One✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang