Only One - 27 : Five Inch
-----
HENING. Miya dan Claude sama-sama diam sembari menatap nanar kolam renang yang ada di hadapan mereka. Tiupan angin yang berhembus dingin membuat Miya semakin gugup.
Dia tidak bisa berkata apapun.
Helaan nafas panjang keluar dari bibir Claude, dia melirik Miya yang sedang menundukkan kepalanya itu. Menyadari kedua tangan Miya agak gemeteran membuat Claude melepas jaket.
"Sorry,"
Claude mendekat lalu memakaikan Miya jaket kulit miliknya, ia meresleting jaket tersebut sampai leher Miya tertutup, tak lupa untuk merapikan poni rambut Miya yang agak berantakan.
Senyum lebar Claude terlihat. "Nah kalau kayak gini kan enak dilihat."
Ah, lagi-lagi Miya deja vu.
Pipi Miya memerah saat jarak antara keduanya cukup dekat. Gadis bertubuh mungil itu hanya bisa tertawa hambar sambil memalingkan wajah agar tidak terlalu grogi.
Sial, sebenarnya Miya kenapa sih?!
"....Ada yang mau gue omongin sama lo,"
Nada suara Claude berubah pelan, "sebelumnya gue minta maaf kalau gue punya salah sama lu. Maksud gue ... waktu kenaikan kelas 12 dan gue langsung pergi gitu aja tanpa ngomong apa-apa,"
"Maaf enggak kasih tau lo," lirih Claude tak enak. "Waktu itu gue harus ngobatin tangan dulu di Amerika sekalian lanjutin belajar di sana. Awalnya gue sempat nolak tapi mama gue terus-terusan maksa,"
Claude mendengus, "prioritas gue saat itu cuma sembuh dan belajar. Gue mau buru-buru pulang supaya ... ketemu sama lu lagi," ia mengaku.
Miya terdiam setelah mendengar ucapan Claude. Dia bisa melihat sorot bersalah dari kedua mata Claude.
"Dan pas gue mau lulus, tiba-tiba bokap meninggal. Bahkan bokap juga ninggalin utang yang cukup gede untuk dilunasin,"
Senyum pahit Claude terlihat. "Waktu itu kacau banget sih. Abang gue yang kecanduan narkoba terus minta duit pakai kekerasan. Gue yang harus bayar uang sekolah juga kesulitan karena uang kita menipis. Tadinya nyokap udah pasrah dan berniat bunuh diri...."
"Tapi setelah gue yakinin bahwa kita bisa, akhirnya nyokap berhasil bangkit lagi," Claude bercerita. "Walaupun kita masih kesulitan karena abang gue sih,"
Miya tertegun. Dia tidak menyangka bahwa Claude mengalami semua itu sewaktu kepergiannya di Amerika. Lidah Miya mendadak kelu.
Sangat mengejutkan!
Claude memijit pelipis, "gue juga stress karena setiap hari nyokap ditekan. Gue yang udah gelap mata hampir aja bunuh abang gue supaya dia enggak nyusahin kita lagi,"
"Tapi nyokap nahan gue karena takut masa depan gue hancur gara-gara punya catatan kriminal ... gue gak bisa ngelawan karena nyokap selalu aja ngalah," ketusnya.
Emosi yang Claude tunjukkan terlihat saat ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Miya hanya bisa menyimak tanpa bersuara sedikit pun.
"Gue akhirnya ngerti kenapa nyokap selalu begitu, dia gak mau hidup gue sama-sama hancur kayak abang gue."
Sesaat, Claude menoleh untuk menatap Miya. Sorot mata prihatin yang Miya tunjukkan membuatnya tersenyum tipis. Claude memberanikan diri untuk menggenggam tangan mungil Miya.
Perasaan hangat kembali menyeruak di dada Miya.
"....Dan akhirnya kita balik ke Jakarta setelah kuliah gue selesai. Awalnya gue senang karena bisa ketemu lo, tapi kondisi yang kita alamin saat itu bikin gue ciut,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Only One✔
Teen Fiction"Bisakah memilih salah satu di antara mereka berdua?" - Awal kepindahan Miya ke Kos malah membuat gadis itu bertemu lagi dengan sahabat nya sewaktu SMA dulu. Sudah lama lost contact, tentu kecanggungan di antara mereka berdua tidak bisa ditutupi. Se...