Only One - 25

48 12 4
                                    

Only One - 25: Jembatan

-----

"Iya, nanti gue baca-bacain lagi dokumennya. Sekarang gue mau pergi dulu sih,"

CLAUDE sedang sibuk telponan dengan Hoshi sambil melihat-lihat tumpukan kertas yang baru saja dikirimkan oleh suruhan Kent. Sorot mata cowok itu menajam.

"Btw, ini datanya valid semua kan? Lo enggak ngarang samsek? Masa kasus kejahatannya sampai sebanyak ini?" tanya Claude.

Hoshi menghela nafas dari ujung sana. "Gue dapet datanya langsung dari Bagas sama Erof, masa lo ngiranya kita bohong?" ia mencibir.

"Ada yang aneh soalnya," tukas Claude serius. "Lima bulan sebelumnya kebusukan mereka masih dibawah 5% loh, kenapa sekarang jadi naik dratis begini,"

Tentu saja Claude bingung. Kenapa kasus GY Coorperation meningkat pesat? Apalagi saat mereka lolos dari pemeriksaan bandara dengan membawa 10 KG ganja.

Seolah-olah ada yang membantu mereka agar bisa sampai ke tahap ini...

"Ada yang lo curigain gak sih?" tanya Claude sembari memainkan pulpen.

Suara Hoshi kembali terdengar. "Kalau dugaan sih pasti ada banyak, Clau. Tapi kita gak bisa apa-apa kalau enggak ada bukti yang lebih kuat, sekarang ini aja gue lagi minta bantuan sama anak-anak kos yang lain,"

"Sejujurnya agak susah sih karena mereka gak bisa dihubungin. Lu punya kenalan yang bisa bantuin kita gak? Seenggaknya lu bisa beli sedikit informasi gitu."

Claude terdiam setelah mendengarnya. Bantuan? Dia sendiri juga bingung harus meminta tolong kepada siapa jika begini kasusnya.

Ck, siapa ya?

Beberapa detik Claude termenung, tiba-tiba saja ia teringat seseorang yang mungkin bisa membantunya. Cowok itu sampai bangun dari posisi duduk lalu menggebrak meja di hadapannya sebagai reaksi.

Astaga!!

"Kenapa sih? Kok di situ rusuh ama—"

Claude memotong, "gue tau, Hos! Kebetulan gue punya kenalan yang bisa bantu kita. Seharusnya lo udah kenal orangnya sih...."

"Hah, siapa emang?"

Senyum lebar Claude terlihat jelas. Dia melirik dokumen yang bertumpuk di atasnya sambil berkacak pinggang. Claude memicingkan mata.

"Abangnya si Miya," sahutnya cepat. "Gue bakal kasih nomornya kalau elo belum punya kontaknya, sekarang gue harus pergi dulu."

***

18.16

-

Saat ini Miya berada di salah satu mall terkenal yang ada di Jakarta, dia sibuk celingak-celinguk untuk mencari lokasi restoran yang Claude kirimkan padanya.

Kenapa Claude tidak menjemput Miya saja? Itu karena Miya tidak mau Claude bertemu dengan Ling dan ribut lagi di sekitaran kampus. Akan jauh lebih baik jika mereka terpisah seperti ini.

Lagipula Miya benar-benar malas jika menghadapi keributan yang tidak perlu. Sudah cukup ia meladeni Natalia, jangan ada pertengkaran lagi...

Lagipula Claude juga pasti males kali bolak-balik ke kampus!  Batinnya.

Setelah beberapa menit mencari, akhirnya Miya berhasil menemukan restoran yang menjual makanan khas Thailand—sesuai dengan informasi yang Claude kirimkan. Tentu saja Miya bergegas mendekati pelayan yang berdiri di dekat kasir.

Only One✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang