"Kau tidak akan pernah tau jika kau tidak mencoba."
Anvayz terkejut mendengarnya, tapi perhatiannya lebih terfokus kepada mata Alan. Rambutnya yang keemasan dengan pupil matanya yang membesar membuatnya terlihat seperti anak anjing golden retriever.
Sangat hening... Membuat Alan kembali membuka suara. Tapi sebelum itu, matanya turun ke bibir gadis itu sebelum kembali menatap mata Anvayz.
"May I?"
Tanpa mengucapkan sepatah kata, Anvayz mengangguk pelan bagaikan terhipnotis oleh pria itu.
Alan tersenyum kecil, menangkup wajah Anvayz dengan kedua tangannya yang sedikit gemetar sambil memajukan wajahnya.
Alan menahan diri karena ragu saat sehelai jarak lagi menyatukan mereka, membuat Anvayz dapat merasakan hembusan napasnya yang hangat.
Pria itu membuang keraguannya dan segera mempertemukan bibirnya dan bibir Anvayz dengan ciuman yang lembut. Bibir mereka sama-sama diam, hanya menempel seperti memiliki perekat, keduanya takut untuk melangkah lebih jauh.
Merlin, dia terasa manis. Batin mereka berdua.
Mereka menutup mata, menahan diri di sana dengan napas yang saling beradu. Setelah beberapa saat, Alan melepaskan ciuman itu dengan perlahan.
Mata Alan kembali melirik ke bibir Anvayz, dia mengelus bibir bawah itu dengan ibu jarinya sebelum kembali menatap wajah Anvayz.
"I love you."
Anvayz terkejut sepersekian detik, dengan cepat memasang senyum simpul. "I like you."
"But I love you." Alan menegaskan.
Anvayz menarik napas dalam, "A-Alan—"
"Dengar, aku tahu tahu ini terlalu cepat, ini baru awal Desember yang berarti kita baru bertemu tiga bulan. Dan aku tahu bahwa kau masih mencintai saudaraku, kau hampir keceplosan di danau waktu itu. Tapi aku benar-benar mencintaimu." Alan tenggelam ke dalam mata Anvayz, "Kau tahu mengapa sikapku murung selama dua hari ini? Itu karena aku sadar bahwa aku mencintaimu! Namun aku juga sadar bahwa kau tidak bisa membalas cintaku karena kau masih mencintainya."
Anvayz membuka mulut untuk berbicara, namun Alan segera memotongnya.
"Kau tidak perlu merasa bersalah, Anvayz. Cinta tidak bisa dipaksakan. Aku hanya tidak tahan untuk memendam perasaanku. Tetapi aku akan membuatmu membuka hatimu untukku, membuatmu yakin bahwa aku lebih pantas untukmu ketimbang Severus."
Tangan Alan turun dari pipi Anvayz untuk menggenggam kedua tangan gadis itu, tapi mata Alan sama sekali tidak mengalihkan pandangan dari mata Anvayz. "Izinkan aku untuk mencoba semua itu. Tolong, jangan sampai pengakuanku membuat kita menjadi jauh, aku masih ingin berteman denganmu walaupun perasaanku tak berbalas."
Anvayz tersenyum kecil, melepaskan tangan kirinya dari genggaman Alan untuk mengusap pipi pria itu. "Hakmu, Alan. Kau tidak perlu meminta izin kepadaku. Dan ya, aku juga tidak ingin pertemanan ini berakhir."
Alan lagi-lagi tersenyum kecil, mengecup punggung tangan kanan Anvayz sebelum kembali menatap ke televisi. "Kita lanjut?"
Anvayz mengangguk antusias, menyandarkan kepalanya ke bahu Alan dan mengalihkan pandangan ke depan. Tangan Alan melingkar di bahu Anvayz, membuatnya tetap berada pada posisi masing-masing.
*#*#*#
Pagi hari kemudian, cahaya fajar mulai membiasi jendela kamar itu, membuat ruangan secara perlahan menjadi lebih terang.
Alan mengerjap saat cahaya itu menusuk retina matanya, buta sepersekian detik karena penyesuaian. Dia merasakan bahunya berat sebelah. Saat menoleh, Alan mendapati Anvayz tertidur di bahunya. Dan Alan baru sadar, bahwa dia tidur bersandar di kepala Anvayz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins - SSxOCxAR
RomanceApa jadinya jika Severus Snape; Professor yang mendapat julukan terdingin, tergalak, terkejam dan tak berperasaan di Hogwarts mempunyai saudara kembar yang memiliki sifat berkebalikan? Bagaimana perasaan Anvayz kepada Severus Snape selama dua tahun...