04 - Detensi

453 77 55
                                        

Tepat pukul 20:00, Anvayz menghadiri detensinya di kantor Snape. Perjalanan berlangsung tidak terlalu lama karena gadis itu berlari cukup kencang, takut akan keterlambatannya. Setibanya di sana, dia mengetuk pintu sebelum diizinkan masuk.

Setelah mendapat perintah dari balik pintu, Anvayz membukanya dan berjalan masuk secara perlahan. "Telat lima detik, Miss."

Anvayz terbelalak, "Setidaknya masih pukul delapan!"

Snape memutar matanya tanpa mendongak sedikit pun dari perkamen yang sedang dia nilai, tanpa menanggapi ucapan Anvayz dia segera memerintahkannya. "Gosok kuali itu sampai bersih, tanpa sihir. Lalu susun ramuan di rak penyimpanan berdasarkan abjad."

"Aku hanya melamun beberapa menit di kelasmu dan anda memberiku detensi sebanyak itu?" keluh Anvayz.

"Tidak ada yang menyuruhmu melamun di kelasku, Miss. Axlvy. Dilarang mengeluh." tegas Snape, masih tidak mengalihkan pandangannya dari perkamen.

"Setiap orang punya fantasi, jangan menyalahkanku." gumam Anvayz sambil mengangkat bahu.

"Lalu apa isi fantasi kecilmu itu?" tanya Snape tak minat.

You, and him. Snape mendongak sambil menaikkan satu alisnya, Anvayz menggeleng dan dengan cepat berkata. "Tidak ada. Itu rahasiaku."

"Lalu cepatlah mulai!" bentak Snape, Anvayz langsung bergerak mengerjakan tugasnya.

Anvayz mulai menggosok pantat kuali dengan begitu keras, noda yang tebal dan berkerak membuatnya sangat sulit untuk dibersihkan. Perlahan-lahan Anvayz frustasi karena masih ada beberapa kuali yang belum dia tangani, tapi dia tetap berusaha sekuat tenaga, bahkan jika itu sampai titik darah penghabisan.

Satu jam kemudian terdapat ketukan di pintu, Anvayz bisa mendengar jika Snape mendengus kasar sebelum mengizinkan siapa pun itu masuk. Pintu terbuka, namun Anvayz belum mengalihkan pandangannya dari kuali yang dia gosok.

"Malam, Severus."

Anvayz spontan mendongak saat mendengar suaranya, maniknya langsung bertemu dengan manik kuning yang disinari cahaya remang-remang.

"Malam, Anvayz." katanya ramah, sambil tersenyum manis.

"Malam, Professor Rickman." balas Anvayz, ikut tersenyum sebelum kembali melanjutkan kegiatannya.

"Mengapa kau memanggil murid dengan nama depan?" tanya Snape sambil memicingkan mata.

"Benar juga," kata Rickman bingung, lalu menoleh ke Anvayz. "Bolehkah aku memanggilmu dengan nama depan, Anvayz? Jika tidak maka tidak masalah."

Anvayz kembali menoleh dan tersenyum kecil, "Anda bisa memanggilku dengan sesuka hati, Professor Rickman. Hakmu."

Rickman kembali tersenyum dan menoleh ke Snape, "Masalah selesai."

Snape mendengus sebelum menyadari tujuan Rickman yang tidak jelas untuk masuk ke ruangannya. "Apa perlumu di sini?"

"Aku hampir lupa," kata Rickman sambil merogoh saku jubahnya, dia mengeluarkannya dan memberikan itu kepada Snape. "Dumbledore memintaku untuk memberikanmu ini, dia mendadak lupa jika stok permen lemonnya habis dan ingin kembali ke kantor untuk menulis surat kepada Honeydukes agar mengirimkan pesanannya."

"Orang tua itu tidak pernah merasakan sakit gigi sepertinya," gumam Snape saat mengambil surat dari tangan Rickman, Anvayz mencoba menahan tawanya tetapi gagal. "Lanjutkan tugasmu, Axlvy!"

Rickman kembali menoleh kepada Anvayz saat Snape membaca surat itu, "Oh iya, aku tadi mencarimu."

Anvayz menoleh, "Mencariku?"

Twins - SSxOCxARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang