23 - Protektif

340 58 15
                                    

Tepat saat bibir mereka berpisah, Alan melihat ke balik bahu Anvayz dengan mata yang terbelalak, membuat Anvayz bingung. Aku kehilangan hitungan berapa kali dia terkejut malam ini.

Menepuk pipinya dengan lembut, Alan akhirnya kembali menatap Anvayz. "Kenapa?"

"Lihat di balik bahumu."

Gadis itu mengernyit sebelum mengintip dari balik bahunya, terdapat Arxeuz, Gellert, dan Dumbledore yang berdiri cukup jauh.

"Kenapa ayahmu di sini? Dan mengapa dia bersama Grindelwald? Bukankah pria itu ditahan?"Gumam Alan, banyak pertanyaan melintas di benaknya.

Anvayz kembali menatap pria itu, "Selain menjadi Ketua Departemen Pelaksanaan Hukum Sihir, ayahku juga Dewan Sekolah. Dia diundang ke sini sebagai perwakilan dari kedua jabatan itu. Dan Grindelwald? Dia juga diundang oleh Dumbledore."

"Mengapa Grindelwald diundang?" Bisik Alan, "Bukankah dia menyebabkan kekacauan hampir di seluruh Eropa dan Amerika?"

"Mereka teman baik, Alan. Tapi aku curiga mereka lebih dari teman."

"Dumbledore? Penyihir terbaik sepanjang masa berteman dengan penjahat terbaik sepanjang masa?" Tanya Alan, tidak percaya.

"Tidak, Alan. Dia sudah tidak lagi penjahat, namanya dibersihkan beberapa hari yang lalu. Singkatnya, dia menyesali perbuatannya dan akhirnya dibebaskan dengan alasan kemanusiaan."

"Astaga, dia membunuh puluhan atau bahkan ratusan orang!" Seru Alan, tidak terlalu kencang untuk didengar orang lain.

Anvayz menarik napas panjang, "Lihat gelang yang melingkari kedua lengannya?"

Alan mengangguk.

"Sihirnya dibatasi, jika dia melakukan sihir pun akan terdeteksi. Jadi jelas dia aman."

"Tapi tetap saja dia—"

"Itu kakekku yang sedang kita bicarakan, Alan." Potong Anvayz, lelah.

"Oh..." Sepertinya hanya itu yang dapat membungkam Alan. "D-dia kakekmu? Bagaimana bisa?"

"Adiknya adalah ibu ayahku, jadi aku juga menganggapnya kakek."

"Grindelwald memiliki adik?!" Gumam Alan, terkejut.

"Dia sangat tertutup, dunia bahkan tidak tahu bahwa dia memiliki adik, hanya beberapa orang saja."

Alan mengangguk paham, kembali melirik ke arah ketiga pria itu sebelum menatap Anvayz lagi. "Haruskah kita ke sana? Sepertinya mereka sudah melihat kita berdansa dan berciuman, aku merasa tidak enak."

"Sedikit peringatan, mereka sangat protektif. Coba bersikap biasa saja jika ayah dan kakekku memandangmu tajam, itu berarti mereka sedang menilaimu." Ucap Anvayz sambil mengelus bahunya dengan lembut untuk memberikan ketenangan.

Alan menelan ludahnya dengan susah payah, tiba-tiba merasa sangat gugup. Anvayz yang menyadari itu langsung mengelus pipinya dan mengecup bibirnya. "Hey, tidak apa-apa, mereka baik."

Alan mengangguk kaku, mengambil napas panjang dalam upaya untuk menenangkan diri. Saat dirinya kembali tenang, dia mengangguk ke arah Anvayz sebagai tanda bahwa dia sudah siap.

Anvayz tersenyum, tangannya terulur mengambil tangan Alan dan membawanya ke para pria yang sedang mengobrol itu.

"Halo, Dad!"

"Hai, Nak. Bagaimana pestanya?" Sapa Arxeuz, meminum Wine yang berada di tangannya.

"Menyenangkan! Walaupun teman kencanku pergi entah ke mana." Kata Anvayz acuh, menoleh ke arah Alan. "Oh, omong-omong, kau ingat dengannya 'kan?"

Twins - SSxOCxARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang