24 - Tergila-gila

323 52 10
                                        

Pagi yang dingin menyambut dan memaksa Anvayz untuk bangkit dari kasur, padahal suasana seperti ini lebih nikmat jika mengurung diri di dalam kain tebal yang hangat nan nyaman.

Apalah daya, kereta berangkat pukul 09.00 pagi.

Dengan malas-malasan, Anvayz berendam dalam bathtub air hangat, menenangkan saraf-sarafnya agar lebih rileks.

Setelah mandi dan bersiap, Anvayz pergi sarapan di Great Hall dengan kakak kembarnya. Great Hall masih cukup sepi karena rata-rata para murid belum bangun dari tidurnya.

"Mengapa tahun ini Dad memaksa kita untuk pulang ke Manor? Biasanya jika ada acara pun Dad membolehkan kami untuk tetap di Hogwarts dan tidak mengikuti acara." Tanya Anvayz memecah keheningan.

Heus menelan sup hangatnya terlebih dahulu sebelum menjawab, "Tahun ini karena ada Kakek kita, Anvayz. Dad ingin kita mempunyai momen bersama."

Anvayz mengangguk mengerti, mereka melanjutkan sarapan dengan beberapa percakapan ringan.

Kurang dari lima menit kemudian, tiga Professor memasuki Great Hall, yaitu Alan yang sedang mengobrol dengan Snape dan Dumbledore.

Saat Anvayz menoleh, dia tersenyum melihat Alan yang mengenakan scarf hitam dengan motif ikan lucu, Alan yang melihat Anvayz tersenyum pun melakukan hal yang sama.

Pria itu menatap Dumbledore dan Snape sambil memberikan isyarat kepada mereka untuk berjalan duluan, setelahnya Alan menghampiri Anvayz dan duduk di sebelahnya.

"Selamat pagi, Cantik." Ujar Alan, tersenyum sambil menyenggol bahu Anvayz main-main dengan bahunya.

Anvayz tersipu mendengarnya, namun berusaha untuk tetap tenang. "Pagi juga, Tampan."

"Omong-omong, scarfmu lucu sekali, sangat cantik." Kata Anvayz lagi.

Alan tersenyum lembut, "Terima kasih, aku suka scarf ini, sangat menggambarkan diriku."

"Sangat menggambarkan dirimu?" Anvayz mengerutkan dahinya bingung.

"Ya, tipe ikan yang selalu berpergian tanpa merencakan sesuatu dan hanya mengikuti arus. Aku tidak pernah merencakan hidupku, aku hanya mengikutinya."

Anvayz ikut tersenyum, "Filosofi yang bagus."

"Terima kasih." Jawabnya, "Siap untuk pergi?"

Gadis itu mengangguk, "Ya, setelah sarapan."

Alan bersenandung pelan sambil melirik ke mangkuk Anvayz, "Makan yang banyak, Anvayz. Porsimu dikit sekali."

Anvayz merengut pelan sementara Zeus menyahutnya, "Sudah kubilang! Dia tidak mau mendengarkan!"

Alan hanya menggeleng pelan sambil menuang sup baru ke mangkuk gadis itu, membuat isi yang hampir habis kembali penuh. Hal itu membuat Anvayz marah.

"Aku tidak suka porsiku ditambah tanpa persetujuanku, Alan!" Amuknya, dengan suara yang tidak terlalu keras karena takut menarik atensi orang lain.

Pria itu menghela napas pelan dan mengambil mangkuk Anvayz, "Baik, aku saja yang makan."

"Tapi aku belum kenyang!" Protes gadis itu, berusaha merenggut kembali mangkuk yang dicuri darinya.

Alan tetap mempertahankan mangkuknya, berusaha menyembunyikan benda itu dengan lengannya yang kokoh sambil menyuap sup dengan tangan yang lain.

"Alan!"

Alan menutup matanya untuk mengumpulkan kekuatan, sekarang dia menjadi serba salah. "Tadi kau tidak ingin porsinya ditambah."

"Ya, tapi masih ada sedikit porsiku di sana!"

Twins - SSxOCxARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang