29 - Gangguan

258 47 33
                                    

Pagi berikutnya Anvayz sudah bangun dari tidur, gadis itu segera turun ke bawah untuk membantu Eileen memasak. Jarang sekali Anvayz bangun pagi, tapi dia harus menjaga nama baik di depan ibunya Alan, 'kan?

"Bagaimana tidurmu, Nak?"

Senyum kecil muncul di bibir gadis itu, "Pulas, Mum, kamarnya sangat nyaman, terima kasih."

"Baguslah, anggap saja rumah sendiri."

Anvayz mengangguk, mulai bergerak membantu Eileen.

Setelah sarapan siap, Eileen meminta tolong Anvayz untuk membangunkan Alan dan Severus karena Rolly baru saja ia suruh untuk mengeruk salju yang menumpuk di jalan.

Gadis itu mengulum bibirnya, sedikit ragu dengan perintah Eileen.

Melihat itu, Eileen tersenyum dan membelai rambutnya. "Ketuk saja pintu mereka. Severus biasanya segera bangun, tapi Alan tidak terlalu. Jika tidak ada jawaban maka kau masuk saja ke kamarnya, biasanya tidak dikunci."

Masih sedikit ragu, Anvayz beranjak dari sana untuk pergi ke kamar mereka. Setibanya di lorong, dia bingung harus membangunkan siapa dulu.

Mungkin Severus dulu, katanya dia lebih mudah dibangunkan.

Setelah tekadnya terkumpul, gadis itu menuju ke pintu hitam dengan lambang 'S.S' di depannya. Tangannya terangkat mengetuk pintu itu tiga kali.

Tepat saat ingin melakukan ketukan keempat, pintu terbuka mendapati Severus berdiri di sana dengan wajah muram, mungkin masih kesal dan mengantuk, tapi ekspresinya segera mengeras melihat siapa yang membangunkannya.

"Mau apa kau?!"

Melihat Severus yang mengenakan kaus hitam lengan pendek tidak membantu kegugupannya, matanya sedikit melesat ke lengan kiri pria itu. "A-aku disuruh M-mum membangunkanmu, sarapan su-sudah siap."

"Mengapa tidak Rolly yang ke sini?!"

"Ro-Rolly sedang mengeruk salju."

Severus memutar matanya, menghela napas dengan kasar sebelum mengangguk dan keluar dari kamarnya.

Anvayz sedikit mengintip kamar pria itu; tak jauh berbeda dengan kamar tamunya, hanya saja kasurnya berukuran king, terdapat sofa di sisi ruangan dan barang-barangnya didominasi oleh warna hitam. Sepertinya Severus bukan pendekor yang handal, karena kamar itu benar-benar terlihat polos.

Melihat Anvayz yang penasaran, Severus segera menghalangi pandangannya dan membanting pintunya dengan kasar. "Itu privasi."

Gadis itu mengangguk takut, menundukkan pandangannya ke lantai. Sedangkan Severus mulai berjalan pergi meninggalkannya.

"B-bisakah anda membangunkan Alan? K-kata Mum dia sedikit susah untuk dibangunkan."

Langkah Severus terhenti, dia segera membalikkan badannya 180° dan sedikit menunduk untuk menyamakan pandangan mereka, menatap gadis malang itu dengan tajam. "Pertama, jangan sok akrab dengan ibuku dan memanggilnya dengan sebutan 'Mum'—"

"T-tapi ibumu sendiri yang meminta—"

"DIAM!!"

Anvayz segera menutup mulutnya.

"Kedua, aku tidak akan menyusahkan diri dengan membangunkan Alan, itu bukan menjadi urusanku." Tubuh Severus kembali menegap, "Dan ketiga, jaga pandanganmu, aku sering melihat kau menatapku. Apakah itu jelas?"

"Y-yes."

"Yes, Sir."

"T-tidak perlu memanggilku 'Sir', Sev—"

Twins - SSxOCxARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang