"Sayang? Apa yang kau lakukan?"
Anvayz segera melompat mundur kala mendengar suara serak Alan yang terbangun dari tidurnya. Berbalik, dia mendapati pria itu sedang melakukan peregangan sambil mengucek matanya dengan ekspresi yang masih mengantuk.
Setelah membersihkan tenggorokannya, Anvayz membuka suara. "B-baru saja membersihkan kamarmu, cukup berantakan."
"Yeah, aku cukup sibuk kemarin, jadi belum sempat merapikan kamar. Maafkan aku." balas Alan, menarik Anvayz ke pangkuannya ketika gadis itu berjalan mendekat.
"Tidak perlu khawatir, semua sudah beres." ucap Anvayz, menatap pria itu sambil mencari gerak-gerik yang mencurigakan.
Anehnya, Anvayz sama sekali tidak menemukan tatapan bersalah atau sesuatu yang Alan coba tutupi, seakan bukan masalah besar ketika melihat Anvayz berada di meja kerjanya, padahal Anvayz yakin jika tadi Alan telah melihat tangannya yang masih memegang gagang laci.
Tatapan mereka terkunci beberapa menit, dengan Anvayz yang masih berusaha mencari tanda-tanda kebohongan dan Alan yang menatapnya dengan pandangan kagum dan penuh cinta.
Hal itu membuatnya yakin bahwa Alan tidak macam-macam dengannya dan tidak menutupi hal apapun.
Mungkin salah satu teman Muggle-nya atau rekan kerjanya dulu. Batin gadis itu, secara internal menjeritkan berbagai macam pertanyaan.
"Ada apa, Sayang?"
Mata Anvayz tetap menatap bolak-balik kepada Alan, berusaha menelisik lebih jauh, tetapi hal itu buyar ketika Alan mengatakan kalimat selanjutnya.
"I love you." gumamnya, satu tangan terangkat untuk menyelipkan helaian rambut gadis itu ke belakang telinga, pandangannya masih penuh dengan kekaguman dan pemujaan.
Memilih untuk puas dan percaya dengan apa yang dilihatnya, Anvayz mengurungkan niat untuk bertanya dan malah memajukan wajahnya untuk mengecup bibir pria itu.
Alan yang masih dalam suasana paginya membalas Anvayz dengan hasrat yang lebih besar, mencium gadis itu dengan bersemangat dan menariknya lebih dekat ke pangkuannya.
Tetapi ketika Anvayz mengalihkan pandangannya ke nakas samping tempat tidur Alan, jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi yang menandakan waktunya sarapan, segera saja dia memutuskan ciuman dan bangkit.
Melihat Anvayz yang memutuskan kontak mereka, Alan memasang tampang cemberut kecil dan bertanya-tanya tentang apa yang salah, secara halus sedikit bergeser dengan tidak nyaman sambil menyilangkan tangan dan kakinya. "Maaf, apakah aku bertindak kelewatan?".
Anvayz menggeleng, memberi isyarat dengan kepalanya untuk mengingatkan Alan agar dia tahu waktu. Pria itu mengikuti arah pandangnya dan berdecak kecil, jelas lupa bahwa sekarang merupakan hari sekolah.
"Kau duluan, aku aku harus menyelesaikan pembersihan kamarku dan akan menyusul, jangan sampai kita keluar bersama jika tidak ingin ada yang curiga."
Anvayz mengangguk, mengedipkan satu mata dan berbalik menuju pintu keluar. Tepat saat dia memegang kenop, Alan kembali membuka suara.
"Oh... dan terima kasih telah membantuku merapikan kamar. Seharusnya kau tidak perlu."
Sedikit menolehkan kepala, Anvayz tersenyum dan mengangguk. "Tidak masalah."lalu dia keluar dari ruangan.
*#*#*#
Ketika kembali ke asrama Gryffindor, Anvayz menemukan ruangan itu kosong, jelas bahwa semua orang sudah pergi ke Great Hall.
Setelah membersihkan diri dan mengganti pakaian, Anvayz menuju Great Hall sambil merenungkan hal yang terjadi, jelas dari tatapan Alan bahwa pria itu tidak berbohong, tetapi Anvayz masih bingung dan bertanya-tanya semua teka-teki yang terjadi ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Twins - SSxOCxAR
RomansaApa jadinya jika Severus Snape; Professor yang mendapat julukan terdingin, tergalak, terkejam dan tak berperasaan di Hogwarts mempunyai saudara kembar yang memiliki sifat berkebalikan? Bagaimana perasaan Anvayz kepada Severus Snape selama dua tahun...