Sory gaess update nya lama hehehe
Makasi buat kalian yang udah mau baca cerita aku!!!! Luvvv banyak banyakkk buat kalian semuaa ❤️❤️❤️❤️Happy Reading and enjoy gaes!!
🍌🍌🍌🍌
****
10.00 Am
Akhir pekan, Zean masih bergelut dengan selimutnya. Jam alarm sudah berbunyi tapi tak kunjung ia matikan. Bahkan lampu tidur masih menyala bersaing dengan cahaya matahari yang masuk melalui sela-sela gorden.
Sedari tadi sebenarnya Zean sudah tersadar. Bahkan Mama-tiri-nya sudah berulang kali mengetuk untuk membangunkannya tapi Zean tidak mempedulikan itu. Berpura-pura tidak mendengarnya dan memilih untuk tetap tertidur meskipun sudah tidak mengantuk.
Ia hanya berharap bisa kembali tidur dan terbangun lagi dengan keadaan yang baik-baik saja. Mengharapkan semua masalah yang sekarang dialaminya ini hanyalah sebuah bunga tidur saja.
Zean membuka mata. Melihat sekitar yang sudah seperti kapal pecah. Sangat berantakan. Ia lalu menyingkirkan selimut, menatap langit-langit kamar. Masih memikirkan bagaimana untuk mengatasi masalahnya ini. Bertanggung jawab lalu putus sekolah? Haruskah menikahi perempuan yang sama sekali tidak dicintainya?
"Kenapa harus gue?" gumamnya pelan, bermonolog.
Menyalahkan keadaan bukanlah hal yang tepat untuk sekarang. Tapi dalam kondisi seperti ini siapa yang patut di salahkan?
"Kenapa gue kayak gini sih?" Hening. Hanya kicauan burung diluar sana yang menjawab pertanyaan itu.
Zean menghela nafas, memejamkan mata sekali lagi. Lagi dan lagi ia merasa kesepian. Hangatnya sinar matahari menerpa wajah lesunya. Sedetik kemudian jam alarm kembali berbunyi, mengingatkan untuk segera beranjak dari tempat tidurnya.
Dengan malas, Zean mematikan alarm. Menatap lama jam itu, berharap semua ini akan segera berakhir. Tapi untuk apa juga menunggu waktu? Ia menghembuskan nafasnya kasar. Memungut selimut yang terjatuh lalu segera membenahi kamarnya yang sudah tak berbentuk itu.
Setelah selesai semua, ia segera mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Mungkin saja air bisa menjernihkan pikiranannya pagi ini. Setidaknya bisa membuat dia segar dan tidak terlihat seperti orang depresi.
Menatap pantulan di cermin, dia sungguh sangat berantakan. Zean mengusap wajahnya kasar. Memilih untuk menyalakan shower lalu berjongkok dengan memeluk lututnya erat. Membiarkan air dingin membasahi tubuhnya yang kotor itu.
Zean menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan. Ia jadi merindukan Mamanya. Bahkan sangat merindukan wanita itu. Sekarang siapa yang dapat mengerti keadaannya yang seperti ini?
"Gue belom siap buat tanggung jawab. Bukan karena gue takut sama Papa, temen sekolah atau bahkan Aureta. Tapi karena gue belum siap menerima keadaan ini semua."
Hanya suara gemericik air yang terdengar. Bajunya sudah basah kuyup. Zean merasa seperti berada di bawahnya air hujan. Mengingatkannya kembali pada kejadian beberapa tahun lalu yang masih terekam dengan jelas. Situasi yang sama rumitnya tapi dikeadaan yang berbeda.
Bisakah Zean melewati ini semua? Di saat semua orang membencinya hanya dari sudut pandang mereka.
Bayangan Mamanya kembali menguasai pikiran dan hatinya saat ini. Untuk pertama kali dia melihatnya tersenyum dengan tegar. Lalu pergi tanpa sepatah katapun lagi sambil berusaha untuk tidak terlihat menangis dihadapan anaknya. Walaupun akhirnya tangis itu pecah ketika Zean memintanya untuk tetap tinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
Teen FictionKeysia, gadis polos dan manja yang masih duduk di kursi SMA harus kehilangan sesuatu yang paling berharga dari dalam dirinya. Harta yang ia jaga untuk laki-laki pilihannya kelak kini hanya tinggal bekas. Impian yang sudah lama ia bangun, semua runtu...