Jangan lupaa vote yaa temenn temeenn
HAPPY READING GUYSS...!!****
"Jadi, Caca sekarang tinggalnya di rumah Varo?" tanya Azella setelah Caca mengganti bajunya.
"Iya." balas Caca singkat.
Suasananya menjadi canggung. Ada banyak sekali pertanyaan yang ingin dilontarkan oleh Azella. Namun melihat respon Caca yang enggan seperti itu membuatnya tidak jadi.
"Minun dulu, Zel." Varo datang membawakan teh hangat untuknya bertiga.
"Iya, makasih Var."
Azella memperhatikan Varo yang meniup terlebih dahulu tehnya sebelum diberikan pada Caca.
"Panas nggak?" tanyanya. Caca menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Ekhm." Azella berdeham dan segera meminum tehnya juga.
Mereka bertiga terdiam. Hanya suara hujan di luar sana yang terdengar. Suasananya menjadi awkward, dan mereka seperti orang asing yang tak pernah bertemu sebelumnya.
Azella memutar kembali otaknya. Ia bingung harus bertanya bagian mana dulu. Ada banyak sekali kebingungan di dalam pikirannya. Semua itu menuntut untuk diberi kejelasan.
"Gue minta maaf, Zel. Harusnya gue kasih kabar kalo Caca ada di rumah gue waktu itu supaya lo dan temen-temen lo nggak khawatir. Tapi keadaannya lagi nggak pas dengan masalah yang sekarang menimpa Caca." Varo mulai membuka suaranya.
Azella tidak menjawab dan menunggu Varo berbicara lagi. Ia masih bingung dan tidak tahu harus merespon apa.
Caca menundukkan kepala. Ia masih belom siap jika harus memberitahukan semuanya. Sangat takut jika Azella akan menjauhinya nanti.
Sebelum melanjutkan, Varo mengambil nafas terlebih dulu. "Dia kabur dari rumahnya, gue waktu di jalan lihat dia pingsan dan akhirnya gue bawa dia ke rumah." ucap Varo kembali.
"Ya ampun, Ca. Kamu ada masalah apa sampai kabur kaya gitu? Kamu tahu nggak, Bunda kamu sekarang lagi nyariin kamu. Kenapa kamu nggak kasih kabar?" Azella tidak kuat menahan pertanyaan itu.
Caca masih diam tidak menjawab. Namun Azella tahu, dari menunduknya Caca sudah dipastikan anak itu sedang menangis. Terlihat tangannya beberapa kali mengusap ujung matanya.
Azella mendekatinya. Duduk di sampingnya kemudian memeluk Caca. "Cerita sama aku, Ca. Aku ngerasa gagal jadi teman karena nggak bisa diandalkan sama sekali. Aku temen kamu, nggak mungkin aku berkhianat sama kamu. Ini Aku, Lala. Temen kamu, Ca."
Caca masih terdiam. Ia tidak tahu apakah ia harus menceritakan semuanya pada Azella? Meskipun memang benar Azella adalah temannya namun Caca belum siap untuk mengatakan hal yang sebenarnya.
"Ca, mungkin lo bisa cerita sama Zella. Gue tahu dia temen lo yang baik dan selalu ngertiin kalian. Lo nggak sendirian, lo punya banyak temen yang bisa lo percaya dan salah satunya mungkin Azella." Saran Varo.
Caca memejamkan matanya sebelum menatap Azella dalam. Ia malu untuk memulainya. Harus darimana Caca menjelaskannya? Varo yang berada di sampingnya menyentuh tangan Caca. Berusaha meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja jika ia menceritakan semuanya.
Caca melihat Varo yang tersenyum lembut, ada ketenangan di sana. Caca kemudian menghela nafas sebelum benar-benar membuka suara.
"La, kamu inget kan waktu Caca nganterin buku sebelum Caca sakit setelahnya?"
Azella mengingat-ingat kejadian itu. "Kapan? Ooh- yang semalamnya kamu sakit karena keujanan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
Teen FictionKeysia, gadis polos dan manja yang masih duduk di kursi SMA harus kehilangan sesuatu yang paling berharga dari dalam dirinya. Harta yang ia jaga untuk laki-laki pilihannya kelak kini hanya tinggal bekas. Impian yang sudah lama ia bangun, semua runtu...