HAPPY READINGG
🤍🤍🤍🤍
***
Sepulangnya dari rumah Azella, Caca langsung membuka laptopnya dan mengetikan sesuatu di sana. Dia membuka internet dan media sosial lainnya untuk mencari informasi tentang aborsi. Dia sudah benar-benar bulat akan keputusannya.
Dia mulai melihat dan menonton banyak video tentang bagaimana pengalaman dan proses aborsi di Youtube dan di Twitter. Tidak sama sekali hatinya tergoyah, dia mendengarkan podcast sambil melamunkan entah apa.
Tokkk..! Tokk.!!
Suara ketukan pintu yang keras membuatnya reflek mematikan laptop. Ia menghela nafas sebelum beranjak dari tempat tidur. Bahkan sampai saat ini ia selalu sensitif terhadap suara keras.
Caca membukakan pintu, terlihat Ayahnya sedang berdiri menunggu. Pemandangan yang tidak biasanya, dulu Ayahnya tidak pernah mengetuk dan selalu membuka pintu dengan semaunya dia.
"Ayah mau bicara sama kamu." Itu adalah sebuah pernyataan yang harus ia turuti. Caca tidak menjawabnya, ia mengangguk sebagai jawaban.
Ia mulai bergabung dengan Bunda dan Ayahnya di ruang keluarga itu. Tv nya dibiarkan menyala dengan suara lebih rendah. Entah kenapa Caca merasa gugup, kikuk, dan tidak tenang dengan situasi seperti ini.
"Bagaimana keputusanmu?"
Caca hampir saja lupa, ia belum memberitahukan kepada keluarganya tentang rencana gila dia dan Zean itu. Dia melirik Bundanya dan menghela nafas sebelum menjawab. Ia takut Ayahnya akan marah dan tidak setuju dengan keputusannya.
Caca menunduk dalam. Menghela nafas, "Aku mau aborsi."
"Setuju."
"Apa?!"
Caca mengangkat kepalanya pelan. Dua jawaban yang berbeda dari Ayah dan Bundanya."Maksud kamu apa Keysia melakukan hal yang seperti itu?!" Caca semakin diam. Baru kali ini dia melihat Bundanya berbicara dengan nada tinggi kepadanya.
Ehsan segera membela anaknya. "Ya bagus dong? Dia masih bisa melanjutkan minpinya yang harus dia kejar. Masih bisa dia jadi orang sukses dan membanggakan keluarga."
Jawaban yang membuat Alisha benar-benar marah sekali. "Mas! Sukses itu enggak hanya diliat dari sekolah, pendidikan, dan nilai. Banyak cara lain kok, tidak hanya berfokus pada apa dan bagaimana lulusan dia. Lagipula dia wanita, harusnya mengurus rumah tangga dan anak. Dan lagi itu aborsi, kamu tega bertukar nyawa manusia demi harapan dan impianmu terwujud?"
Ehsan menghembuskan nafasnya. "Al, kita realistis aja lah. Aku malu sama keluargamu, semuanya berpendidikan tinggi dan anak-anaknya terdidik dengan baik. Bagaimana jika mereka mengetahui kalo anak kita ini hamil. Apa kamu enggak malu sama temen-temen arisanmu? Tetangga-tetangga yang selalu kepo dan gosipin kita?"
Alisha menggelengkan kepalanya. "Tapi itu nyawa manusia mas, itu nyawa! Tuhan menitipkan bayi itu dan kita menolak dengan cara yang benar-benar buruk! Aku enggak setuju." ia menatap ke arah Caca, "Keysia, apa sih yang ada dipikiranmu. Selama ini Bunda membesarkanmu dan mengajarkan agama ke kamu jadi untuk ini?"
Caca memejamkan mata mendengarkan semua teriakan itu. Yang ia tahu meskipun matanya tertutup adalah bundanya menahan untuk tidak menangis. Caca berusaha untuk tenang dan menyusun kata-kata untuk ia keluarkan.
"Ayah selalu menuntut aku buat belajar dan dituntut buat menuhin ekspektasinya. Bunda juga cuma mikirin sama bayinya aja? Bunda enggak peduli sama perasaanku. Yang ada di dalam perutku ini bukan anakku Bunda, bukan sama sekali. Lagipula, ini tubuhku dan aku bebas melakukan apapun untuk tubuhku sendiri kan?" Baru saja Caca merasa puas dengan mengutarakan semua apa yang ada di hatinya itu, sesuatu langsung menyambar pipinya dan mendarat dengan keras disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
Teen FictionKeysia, gadis polos dan manja yang masih duduk di kursi SMA harus kehilangan sesuatu yang paling berharga dari dalam dirinya. Harta yang ia jaga untuk laki-laki pilihannya kelak kini hanya tinggal bekas. Impian yang sudah lama ia bangun, semua runtu...