Dua Puluh Sembilan

640 58 11
                                    


Happy Reading and enjoy guys

🦋🦋🦋🦋

****

"BUNDAA..!!"

Caca berteriak dan terbangun dari tidurnya. Nafasnya memburu, pipinya sudah basah karena menangis. Ia mengedarkan pandangan berpikir dimana ia sekarang. Ternyata masih berada di dalam kamarnya.

Caca menyingkapkan selimut, lalu melihat ke arah perutnya yang masih buncit. Syukurlah itu hanya mimpinya saja. Dia lalu melihat jam, sudah jam sebelas malam ternyata. Akhirnya Caca mengambil segelas air yang berada di atas nakas dan menenggaknya samapai habis.

Mimpi itu berasa nyata sekali. Bahkan rasa ngilu nya pun benar-benar dapat dirasakannya. Caca terdiam masih menenangkan dirinya. Ia berpikir mungkin itu hanyalah rasa kegelisahannya selama ini.

Caca mengambil handphone-nya di atas meja kecil di samping tempat tidur. Ia mencari kontak Zean, harusnya laki-laki itu belum tidur jam segini. Caca segera mengetikan sesuatu.

Zean

zean
besok beneran nggak sakit kan?
beneran aman kan?

Setelah mengirimkan pesan, Caca segera membaringkan tubuhnya dan berusaha untuk tidur kembali. Hatinya tidak tenang, rasanya gundah dan bingung tercampur jadi satu.

Tingg..!

Suara notifikasi dari handphone nya. Caca kembali mengambil benda pipih panjang itu. Ternyata Zean membalas pesannya.

Zean

Aman.
Lo knpa belum tidur?

kebangun.
tadi mimpi buruk.

Tidur lagi.
Besok badan lo harus sehat.

caca sehat, ngga sakit

Kalo lo kurang tidur, tar lo ga fit.
Jangan begadang.

iya, zean.

Zean tidak membalas pesannya lagi. Setelah itu Caca menyimpan kembali handphone nya di atas meja di samping tempat tidurnya. Meskipun perasaannya masih tidak tenang, namun ia berusaha untuk tidur.

Sekitar satu jam lebih, akhirnya matanya tertutup juga. Tentang mimpinya itu harusnya menjadi pertanda untuk Caca. Mungkin saja dia diberitahukan gambarannya dan penyesalan seumur hidup.

Saat ini sebenarnya Caca tidak sepenuhnya tertidur, ia merasa setengah terjaga. Caca tidak benar-benar berada dalam alam bawah sadarnya, perasaannya resah dan gundah.

Dia berjam-jam dalam keaadan seperti itu. Kadang tertidur pulas, tapi kemudian tak lama kembali tersadar lagi. Terus saja begitu sampai akhirnya terdengar bunyi alarm nyaring ke sepenjuru ruangan.

Rasanya Caca baru tertidur sebentar. Matanya terbuka dengan sempurna. Ia menghembuskan nafasnya pelan, matanya perih mungkin karena semalam ia menangis saat tidur.

Caca menyibak selimut, lalu bangun dari tempat tidur. Jam sudah menunjukkan pukul enam. Ia lalu melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Satu jam lagi Zean akan menjemputnya.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang