Dua Puluh

900 60 13
                                    

HELLOOOO!! HIHIII
HAPPY READINGG
🥀🥀🥀🥀

****

"Jadi, gimana?"

Azella langsung to the point saat mereka baru saja memasuki kamar bernuansa navy itu. Caca menghembuskan nafasnya pelan. Ia benar-benar yakin sekali Azella akan marah besar jika mengetahui ini.

"Ada apa, Ca?"

Sebelum menjawab, Caca mengumpulkan keberaniannya terlebih dahulu. Beberapa kali ia menghela nafasnya, ternyata lebih sulit mengatakan hal ini kepada Azella dibandingkan dengan Zean.

"Kenapa sih?" Azella sudah mulai tidak sabar.

Caca berpikir, sebenarnya bukannya tidak masalah? Ini adalah keputusan Zean dan dirinya. Toh Azella juga tidak bisa apa-apa lagi. Sekarang atau pun nanti juga pasti akan ia jelaskan ke Azella.

Caca menutup matanya. "Caca mau aborsi."

Hening. Tidak ada respon dari Azella. Caca mulai membuka kembali matanya. Tepat saat mata itu terbuka sempurna terdengar suara Azella sesuai dengan perkiraannya.

"LO GILA?!" pekiknya.

"Semalem Zean dateng ke rumah, mau tanggung jawab katanya. Tapi akhirnya kita sepakat buat aborsi. Dan sampai sekarang kita belum bahas hal itu lagi."

Azella menggelengkan kepalanya. "Bener-bener tega ya, lo pada. Lo nggak ada gitu rasa kasihan sama bayinya?"

Caca tersenyum tipis menjawabnya. "Lebih kasihan kalo dia hidup, terlantar, dan enggak dapat kasih sayang dari semua orang."

Bagi Azella itu adalah hal yang konyol. Mau bagaimanapun tetap saja bayi itu akan menjadi seorang manusia. Bukan hewan ataupun makhluk apapun lagi tetapi benar-benar wujud manusia. Bernafas, bernyawa, dan mempunyai harapan.

"Gue enggak paham sama jalan pikiran lo bedua. Walau bagaimanapun itu pilihan kalian, tapi hati gue sakit hati dengernya."

Caca terdiam sebentar, menatap Azella dengan sorot mata penuh dengan kekosongan "Banyak impian yang udah Caca bangun di awal, La. Banyak harapan yang harus Caca tampung. Bagi Lala mungkin itu terdengar bodoh, tapi bagi Caca itu jalan yang paling aman dibandingkan harus dapat cemoohan dari orang, kerabat, dan terlebih belum tentu bayi ini bahagia kalo dia lahir."

"Tapi aborsi sakit, Ca." Azella mengingatkan. Caca sudah tahu tentang hal itu tapi dia sudah bulat akan keputusannya.

"Itu enggak penting, La. Sekarang masalah nya bukan itu lagi. Tapi gimana sama Tata?"

Azella mengacak-acakan rambutnya. Ini benar-benar rumit. Sebetulnya dari kemarin lalu Azella sudah memikirkan hal ini. "Bagaimanapun dia perlu tahu kan, Ca?"

Caca mengangguk. "Terus bilangnya gimana, La?"

"Gue udah mikirin hal ini dari lama. Buat nyelesain masalah ini lebih baik kita semua jelasin secara pelan-pelan dan bareng-bareng, Ca. Zean, teman-temannya, gue sama lo, kita semua perlu ketemu dan bahas masalah ini." tutur Azella yang diangguki oleh Caca.

"Tapi, Caca takut La. Caca enggak siap liat gimana kecewanya Tata," Caca menunduk, membayangkannya saja ia sudah tidak bisa.

"Tata udah baik banget sama Caca, tapi sekarang anak dari pacarnya malah ada di perut Caca. Kita tahu gimana Tata sesayang itu sama Zean, pasti dia bakalan hancur banget kan kalo denger masalah ini?" lanjutnya. Saat seperti ini pun dia masih memikirkan orang lain. Padahal dirinya jauh lebih hancur.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang