Tiga Puluh Enam

742 50 14
                                    

Happy Reading and Enjoy

🍓🍓🍓🍓🍓

****

"Saudara Azean Araan Tasanee bin Gibran Raqqilla Firaz, Saya nikahkan dan saya kawinkan Anda dengan saudara perempuan saya Anindya Keyzia Jovanka binti Ehsan Evano Faeyza dengan mas kawin tiga koma lima gram emas dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Anindya Keyzia Jovanka binti Ehsan Evano Faeyza dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Suara lantang dan jelas itu diucapkan oleh Zean dengan tanpa pengulangan.

Saat mendengar itu rasanya campur aduk. Sangat aneh ketika yang menikahkan dirinya bukanlah Ayah kandungnya sendiri melainkan adalah seorang wali yang bahkan Caca tidak mengenalnya sama sekali.

Nikah gratis di KUA sama sekali tak pernah ia membayangkannya. Dengan memakai baju seadanya dan orang-orang yang bahkan bisa dihitung dengan hitungan jari. Caca ragu, apakah boleh dan sah hanya seperti ini saja?

Tidak ada keluarga dan teman-temannya yang melihat acara yang harusnya sakral ini. Caca menangis dalam diamnya, bukan pernikahan yang seperti ini yang ia inginkan.

Sangat lucu. Padahal begitu besar mimpinya dulu selalu membayangkan pernikahan yang sempurna di atas pelaminan. Itu adalah hal yang ia tunggu-tunggu, menikah dengan orang yang benar-benar mencintai dan dicintainya. Sambil menebak-nebak siapakah laki-laki yang bersanding dengannya?

Sekarang dirinya sudah benar-benar menjadi seorang pengkhianat. Caca akhirnya menikah dengan kekasih sahabatnya sendiri. Itu diluar ekspektasinya selama ini.

Angan-angan yang sudah ia rangkai, semua runtuh begitu saja. Pernikahan sederhana ini, jujur saja Caca sangat membencinya. Melihat pria di sampingnya yang dengan lantang menyebutkan nama lengkapnya, sangat membuatnya sakit.

"Gue minta maaf, Ca." bisik Zean saat memeluknya dan mencium keningnya.

Caca menangis sejadi-jadinya, bahunya naik turun karena isak tangis yang sepertinya begitu menyesakkan. Zean menarik jarinya, memasangkan cincin yang kedodoran itu pada jari manis Caca. Bahkan hal kecil seperti cincinnya saja tidak pas.

Meski begitu, dengan lembut Zean mencium tangan Caca lama sekali. Bukan karena apa, hanya saja ia menahan agar tidak ikut menitikan air mata. Kesedihan yang Caca rasakan, itu membuatnya menular merasakan sakit yang teramat.

Zean baru bisa merasakannya sekarang. Ia sangat menyesal dan merasa bersalah pada wanita yang menangis ini. Gara-gara dirinya masa depan Caca benar-benar hancur dan seberantakan seperti ini.

Setelah selesai acara ijab-qobul itu, mereka makan-makan bersama. Hanya ada Darren, Rattam, Babeh Surya dan juga istrinya. Hanya itu keluarga kecil yang masih mau menerimanya.

Karena tidak ada fotografer, Rattam membawa kamera dan memfoto seadanya. Hanya untuk diabadikan meskipun rasanya itu seperti sia-sia saja karena Caca tidak ingin mengingat hal buruk ini lagi.

"Ini, semur jengkol nya enak banget loh ini!" lontar Babeh Surya, ia membawa rantang sendiri ternyata.

"Mana, Beh! Mau dongg, masakan Enya kan enak-enak apalagi semurnya. Beuhh mantepp!" balas Rattam, tangannya menggapai rantang itu.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang