Dua Puluh Lima

593 41 3
                                    

Happy Reading and Enjoy!!!
🍓🍓🍓🍓🍓

****

Aureta membuka jendela kamar,  membiarkan angin langsung menerpa kulit putihnya itu. Langit malam begitu tenang, bahkan bulan dan bintang sepertinya sangat malu untuk mempersaksikan keindahannya. Hanya terlihat bagaimana sibuknya kota dan sesekali suara air yang berjatuhan sisa hujan.

Suasana seperti ini sangat menenangkan bagi Aureta. Ia memejamkan matanya membiarkan wajahnya merasakan dinginnya udara malam. Sayup-sayup terdengar suara alunan musik dari kamar Aurelia, kembarannya. Lagu Tenang - Yura Yunita melantun halus, rasanya sangat empuk di telinga.

Aureta menghela nafasnya. Ia masih berpikir sebenarnya apa yang telah terjadi dengan Zean. Ia selalu mengingat percakapannya dengan laki-laki itu beberapa bulan yang lalu. Berkali-kali pula ia renungkan tetapi tidak menemukan jawabannya.

"Hari ini, gue masih bisa ada di samping lo. Tapi gue nggak bisa janji buat besok, mungkin gue bisa ngecewain lo Re."

"Nggak selamanya gue ada di samping lo dan gue nggak bisa pastiin kalo suatu saat harapan yang kita bangun hancur berantakan. Bahkan kita sendiri pun nggak tahu jalan takdir kita kaya gimana,"

"Kalo gue bikin lo sakit lagi, gue minta maaf."

Itu kata-kata yang selalu Aureta ingat. Tapi Zean tidak memberi penjelasan lebih. Bahkan teman-temannya Zean juga menyembunyikan itu semua darinya. Sebenarnya Aureta dianggap apa? Aureta tidak bisa menjadi orang yang dapat dipercaya kah sampai Zean tidak memberitahukan hal itu?

"Setidaknya kalo lo mau usai sama gue tinggal bilang. Dua bulan lebih gue dibikin feeling lonely sama lo. Sekarang apa sih yang bisa gue pertahanin dari hubungan ini?" Aureta bermonolog.

Angin berhembus lembut membalas ucapannya, seolah menyuruh Aureta untuk tetap bersabar. Entahlah bagaimana perasaan Aureta sekarang ini. Rasanya dia sudah benar-benar capek.

•••

Zean, Varo, Rattam, Darren, Azella dan Cheara berada di cafe yang lumayan terkenal di kotanya. Mereka sudah berjanji untuk bertemu dan membicarakan masalah yang tengah terjadi.

Banyak sekali pengunjung di Cafe ini tetapi untungnya mereka sama sekali tidak peduli dan sibuk dengan urusannya masing-masing. Hanya beberapa melirik sekilas dan kemudian kembali acuh.

Cheara menatap Zean dengan pandangan yang tidak suka. Ia sudah menduganya sejak dulu bahwa Zean bukanlah cowok baik-baik, tetapi Aureta sama sekali tidak mendengarkannya. Dan sekarang lihatlah, Zean benar-benar cowok brengsek di mata Cheara.

"Aureta berhak tau ini." tutur Cheara memecah keheningan di antaranya.

Tidak ada yang menjawabnya, mereka semua bungkam. Bahkan sebetulnya tanpa Cheara suruh pun mereka akan memberitahukannya kepada Aureta. Tetapi bagaimana dan waktunya itu belum tahu.

"Zean, lo nggak bisa terus-terusan kabur dan sembunyi kaya gitu. Tata masih ada dan dia butuh penjelasan dari lo." Cheara benar-benar terlihat kesal dan marah. Azella berusaha menenangkannya.

Sementara Zean masih bergeming. Entah apa yang sedang ia pikirkan hingga tatapannya kosong seperti itu. Cheara sangat geram sekali, Zean terlihat benar-benar sangat buruk di matanya.

"Permisi kak. Ini pesanannya, ya?" Pelayan di sana menjadi perhatian mereka. Segera saja masing-masing mengambil minuman dan makanan yang di pesan tadi.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang