Delapan

2.5K 119 0
                                    

Budayakan Vote sebelum membaca ya temen-temen...!😉😉

Happy Reading guys...!😙😙

🍋🍋🍋

***

Caca terdiam mematung. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya ia bisa melihat benda panjang itu yang bergaris dua menandakan posiif.

"Haha, Caca pasti mimpi." Ungkapnya dengan deru nafas yang tidak teratur.

Ia menjatuhkan dirinya di kursi rias, memasukan tespect dengan sangat kasar ke dalam laci di bawahnya. Melihat ke arah kalender, Caca menggelengkan kepalanya. Ia belum siap dengan kenyataan ini. Bagaimana mungkin bisa terjadi?

Caca memegang perutnya, entah kenapa tiba-tiba perutnya sembelit seperti ini, terasa penuh sampai ia ingin memuntahkan semuanya. Benar benar hal yang tak ia duga.

"Aduh, perut Caca kenapa lagi?" Caca bermonolog, lalu mendongak melihat pantulannya di cermin.

"Hoek...!" Caca berlari. Ia sudah tidak kuat lagi menahannya.

Cklek...!

Pintu kamar terbuka lebar dengan seorang wanita paruh baya berdiri di ambang pintu. Caca berhenti melangkah dan menatap Bunda-nya kaget, begitupun dengan Alisya yang melihat putrinya sedang menahan entah apa.

"Ya Allah Caca, kenapa sayang?" Alisnya cepat-cepat mendekat begitu.

Caca meringis sambil tetap tersenyum. "Eh Bunda, nggak apa- hoek...!"

Caca melangkahkan kembali kakinya untuk ke kamar mandi.

"Nggak Ca, dari minggu kemarin kamu terus kaya gini. Ayo ke rumah sakit sekarang." Alisya dengan cepat mengambil ponselnya di saku, dan menekan nomor dial seseorang.

"Bunda-"

"Sstttt!" Alisya mengacungkan jari telunjuknya, menyuruh anaknya diam. Lalu memijat tengkuk anaknya.

Caca hanya bisa pasrah dan mengeluarkan semua yang ada di perutnya saat Alisya menelpon sang Ayah. Demi apapun dia sangat takut sekali bertemu dengan dokter. Bagaimana jika orangtuanya mengetahui anak semata wayangnya ini telah hamil?

Alisya menuntun Caca untuk keluar kamar ketika Evan sudah berada di depan rumahnya. Caca sudah tidak tahu mau bagaimana, apapun yang terjadi ia harus siap dengan segala resikonya, meskipum hati kecilnya agak bergetar ketika melihat sosok Ayah dengan wajah letih tercampur khawatir. Itu sangat menyakiti hatinya.

Caca masuk ke dalam mobil, perutnya masih sakit dan sedikit pusing juga. Wajahnya jangan di tanya, ia sedari telah pucat bahkan sudah seperti mayat hidup saja.

Di jalan, Alisya tak berhenti mengucapkan kalimat kalimat Allah yang membuat Caca tenang. Tidak terasa air matanya meluncur dari kedua pipinya. Hatinya remuk melihat sebegitu khawatirnya orang yang telah membesarkannya. Ia tidak sanggup untuk mengecewakan dua orang ini.

Caca menghirup pasokan udara sebanyak-banyaknya. Ia sungguh sesak, nafasnya pun tidak beraturan. Ini kenapa lagi? Pikir Caca. Alisya yang melihat itu pun panik dan ikut menangis, tapi ia terus berdoa kepada Allah. Hingga akhirnya, mereka sampai juga di rumah sakit terdekat yang terasa sangat jauh sekali.

Setelah sampai diperiksa dan diberi obat entah apa, Caca sudah tidak merasakan sesak lagi. Tapi gantian, hatinya jadi gelisah dan sangat-sangat takut bahkan sampai mengeluarkan air matanya.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang