Enam Belas

1.1K 71 7
                                    


HALOO! APA KABAR GUYS, ...!
HAPPY READING AND ENJOY GUYS, ...!!!!!

***

Caca merebahkan dirinya di tempat tidur milik Varo. Anak itu sedang menonton Anime Movie yang direkomendasikan oleh Varo. Caca sebelumnya tidak tertarik, namun setelah menontonnya ia bahkan tidak peduli lagi dengan Varo yang di sebelahnya mengoceh entah apa.

"Ca, lo denger nggak sih?"

"Hah? Iya denger,"

"Mereka bentar lagi mau ke sini, Ca."

Caca terdiam. Bukan karena mendengar ucapan Varo barusan, tapi sibuk memperhatikan layar di depannya itu. Ia benar-benar tidak ingin diganggu.

"Gimana, Ca?"

Tidak ada jawaban darinya. Varo menghembuskan nafasnya kesal. Mengapa anak ini sangat menyebalkan. Sesaat kemudian, ia merutuki dirinya karena telah memberikan rekomendasi anime.

Rasanya Varo ingin sekali mengambil laptop miliknya itu, namun tidak tega melihat Caca yang begitu antusias menontonnya. Bahkan hanya untuk untuk mempause saja pun Varo tidak berani.

Sekali lagi Varo mendesah. "Ca, ah elah! Nyesel gue ngasih tau lo Anime, bentar lagi jadi wibu dah lo."

Caca tidak menyahut pun tidak meladeninya. Bersamaan dengan itu handphone Varo berdering melengking keras. Tertera di bilah atas layarnya Zella Jelek is Calling...!

Varo berdecak sebelum mengangkatnya. "Iya, Zel. Lo dimana?"

"Ini gue udah di luar, cepetan bukain pintunya. Lama banget si lo daritadi gue pencet bell." Terdengar di seberang telephone sana suara Azella yang marah-marah. Varo jelas saja kaget, tak menyangka mereka akan secepat itu sampai di rumahnya.

"Iya-iya, sabar napa. Ini kayaknya Caca belum tahu deh Nyokapnya mau kesini."

"Uhuk-uhuk!"

Varo segera melihat Caca yang tersedak minum. Entah sejak kapan gelas itu ada di tangan cantiknya. Yang jelas Varo sekarang panik melihat itu.

"Pelan-pelan, Ca. Minum lagi biar ga sakit." Caca nurut, minum air kembali untuk meredakan sakit ditenggorokannya. Varo hanya menggelengkan kepala.

"Udah?" tanyanya. Caca mengangguk sebelum akhirnya Varo mengambil gelas di tangannya dan menaruhnya lagi di atas nakas.

"Varo! Bunda Caca mau ke sini? Kok kamu enggak bilang-bilang sih?!" Nah, kan. Sekarang barulah dia marah padahal dari tadi Varo sudah membicarakan itu, namun Caca tidak mendengarkan.

"Udah ayo ke depan dulu, Bunda Caca ada udah di luar nungguin daritadi sama Zella." Varo menarik tangan Caca sebelum anak itu benar-benar mencerna perkataannya.

Sementara di luar sana, Zella sudah tidak sabar untuk segera dibukakan pintunya. Sudah hampir setengah jam dia menunggu sampai Alisya berpikir bahwa mungkin tidak ingin menemui Ibunya sendiri.

cklek

Akhirnya setelah sekian lama, pintu terbuka juga. Azella rasanya ingin sekali memukul wajah seseorang di depannya yang sedang cengengesan. Tapi urung kala melihat Caca yang mematung setelah muncul di balik punggung Varo.

Air matanya sudah terkumpul, siap untuk turun. "Bunda, ...." lirihnya.

Alisya segera memeluk putri kesayangannya itu, sudah beberapa minggu ia mencari anaknya hingga akhirnya bisa berpelukan seperti ini. Rasaya seperti mimpi, senang dan sedih semuanya campur aduk.

Baik Varo maupu Azella, mereka sama-sama diam tidak ada yang perlu dan mereka lakukan juga. Hanya memperhatikan betapa harunya seorang anak yang akhirnya dipertemukan kembali dengan ibunya.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang