Delapan Belas

1.3K 84 13
                                    

Happy Reading..!!

****

"CACAAA?!" Aureta dan Cheara berseru ketika melihat Caca masuk ke dalam kelas beriringan dengan Azella.

Aureta berkerut saat Caca memilih duduk di kursi Cheara, di samping Azella. Biasanya Caca duduk bersebelahan dengannya. Tapi seharusnya Aureta tidak begitu mempedulikan itu sekarang.

Cheara mendekatkan diri, berbisik. "Ca, lo kabur kemana?" tanyanya to the point.

Caca tidak menjawab, ia beralih menatap Azella berharap orang itu menemukan ide untuk membantu Caca berbohong. Tapi sama halnya dengan Caca bahkan Azella pun tidak tahu.

"Kenapa, La?" Aureta ikut menatap Azella yang membuatnya gelagapan. Ia sama bingungnya dengan Caca.

"C-Caca sodaraan sama Varo." Entah dapat ide darimana. Caca menjawabnya asal, ia kasihan melihat Azella terinterogasi.

"Varo? Varo temennya Zean?" Cheara bertanya-tanya.

Caca menganggukan kepala. "Caca nginep di rumah Varo waktu itu."

"Kok bisa? Maksudnya kok aku baru tahu kamu sodaraan sama dia? Kok Varo nggak bilang sih?" Aureta sama herannya dengan Cheara. Saat mereka berdua hendak bertanya lagi untungnya pengawas ujian datang, akhirnya Caca bisa bernafas lega.

Ujian akhirnya dimulai.  Meskipun dengan kepala yang sangat pusing Caca tetap mengerjakan soal. Hanya setengah persen saja materi yang Caca kuasai. Ia merasa kesusahan karena tidak belajar secara optimal.

Beberapa kali Caca ijin ke toilet. Meskipun dia biasa dengan pusingnya namun tidak tahan ketika ia merasa mual. Bahkan sampai jam terakhir pun dia masih bolak balik ke toilet sampai membuat semua orang bingung.

Azella berusaha untuk tetap tenang. Namun Aureta terlihat begitu khawatir dengan kondisi Caca. Ia sudah tidak fokus lagi dengan soal-soal itu. Hanya tinggal beberapa soal lagi dan Aureta menjawabnya asal di menit terakhir itu.

Tengg..! Tengg..!!

Jam terakhir telah usai, hari ini pulang lebih cepat dari biasanya. Caca merasa lapar dan juga pusing yang entah kapan redanya. Seisi kelas sudah berhamburan pulang dan hanya meninggalkan mereka berempat saja.

"Ayo pulang, Ca." Azella sudah berdiri dari kursinya, juga dua temannya lagi.

Caca hanya menganggukan kepalanya. Tidak ada lagi pertanyaan-pertanyaan 'pulang sama siapa? Naik apa?' atau yang lainnya. Mereka bertiga kehilangan sosok Caca yang periang dan bawel itu. 

Mereka berempat mulai berjalan ke luar kelas. Tidak ada percakapan bahkan pertikaian apapun. Cheara dan Aureta yang biasanya adu mulut pun kini terdiam. Canggung rasanya.

"Ca, lo mau ikut gue kaga? Gue tau tukang kerang yang enak banget deket daerah sini." Cheara berusaha mengembalikan semangat Caca. Namun anak itu sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun. Hanya dijawabnya dengan gelengan saja.

Wajah pucat itu membuat teman-temannya semakin khawatir. Beberapa kali hampir terjatuh akibat tali sepatunya yang terlepas, namun kali ini Caca memilih membiarkannya. Bahkan Azella yang menyerahkan diri untuk membantunya pun hanya mendapat gelengan dari Caca.

Sedetik kemudian dia terdiam. Ketiga temannya ikut menghentikan langkahnya. Azella berharap sekarang Caca berubah pikiran dan ingin Azella membantu mengikat tali sepatunya.

"Ada apa, Ca?" Cheara bertanya sambil membenarkan tas dipunggungnya.

Semua teralih pada Caca yang masih belum mengeluarkan suara. Ia kemudian menatap Azella lama. "Bakso. Caca mau bakso kantin biru."

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang