Budayakan Vote sebelum membaca ya temen-temen...!😉😉
Happy Reading Guys...!😙😙
🍐🍐🍐
***
Caca terbangun dari tidurnya ketika sinar matahari menyusup kesela-sela gorden dan mengenainya lembut. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling dengan kepala masih sedikit pusing.
Tapi tunggu sebentar. Ini dimana? Kamar besar dan luas bernuansa kelabu. Ini jelas bukan kamar miliknya.
Cklek.
"Ah, ternyata kamu sudah bangun. Ini sarapannya," Caca mengalihkan perhatiannya pada seorang wanita paruh baya yang membawa makanan.
Caca masih terdiam tak menjawab. Ia masih merasakan pusing dan sedang mengingat apa yang telah terjadi? Dan siapa ibu ini? Dia sama sekali tidak mengenalnya.
"Semalem kamu pingsan, anak saya membawa kamu ke rumah ini," penjelasan wanita itu membuat Caca jadi teringat.
Ternyata, semua ini bukanlah mimpi. Caca memegang perutnya yang masih rata dengan menahan rasa sakit di dada. Mengingat kemarin malam membuat moodnya sangat buruk. Ah, ia masih tidak rela impiannya akan hancur seperti ini.
Memangnya siapa yang akan menerima jika hidupnya berantakan oleh orang yang tidak ada hubungan apapun dengan dia. Orang yang hanya sebatas kenal nama saja, tapi kenapa bisa membuat semuanya hancur berkeping-keping.
Zean yang brengsek atau dirinya yang terlalu lemah? Mengingat namanya, sampai kapanpun Caca tidak mau menemui laki-laki itu. Bahkan dia tidak akan memberikan anak ini padanya. Terserah, Caca tidak perlu pertanggung jawaban darinya. Ia sangat membenci Zean.
Caca mengepalkan tangannya menahan emosi. Awas saja, Zean tak akan bisa menyentuh anaknya ini.
Puk!
Wanita tadi menepuk pundak Caca membuyarkan lamunannya pada Zean.
"Ayo makan dulu nak," entah sejak kapan wanita itu sudah duduk di sampingnya dan menyodorkan satu sendok makan.
Caca mendongak dengan mata yang bengkak melihat siapa wanita ini? Dia tidak mengenalnya dan dia tidak tahu harus melakukan apa. Dia sangat merindukan Bundanya, Alisya.
"Ayo buka mulutnya, Aa'." ibu itu mengangap mencontohkan. Caca lalu melakukan hal yang sama dengan canggung.
Wanita itu tersenyum hangat, sangat menenangkan. Caca hanya menatapnya datar, ia tidak tahu harus menunjukkan reaksi apa ketika emosinya sedang tidak terkontrol dengan benar. Jujur saja, hatinya masih bergemuruh dan tidak ikhlas.
Suap demi suap ia terima dengan tetap melamunkan Zean tentunya. Dan entah sudah ke berapa suap yang ia masukan ke dalam mulutnya, sampai ia merasakan mual.
Tidak. Ia tidak boleh mengeluarkannya di depan wanita baik ini. Segera Caca berlari entah kemana membuat ibu itu bingung, bahkan Caca sendiri tidak tahu letak kamar mandinya dimana.
Tidak peduli, dimanapun asal tempatnya pas untuk memuntahkan semua yang ada di perutnya ini. Ia tak tahu, jika di depan sana ada seseorang berjalan sambil memainkan ponselnya.
Dug!
Caca menabrak seseorang yang dari tubuhnya ia yakin laki-laki. Ia tidak bisa melihat wajahnya dan sibuk mencari celah agar ia bisa melewati laki-laki ini.
"Huwekk..!"
Caca kembali mual tapi ia bisa menahannya agar tidak keluar. Baru saja ia akan berlari lagi, seseorang itu menarik tangan Caca dan membawanya entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
Teen FictionKeysia, gadis polos dan manja yang masih duduk di kursi SMA harus kehilangan sesuatu yang paling berharga dari dalam dirinya. Harta yang ia jaga untuk laki-laki pilihannya kelak kini hanya tinggal bekas. Impian yang sudah lama ia bangun, semua runtu...