Sembilan Belas

740 53 1
                                    

HELLOOOO GUISS HIHIII
HAPPY READINGG
🥀🥀🥀🥀

****

Caca duduk di tepi tempat tidurnya. Ia mencari cara bagaimana agar ia tidak berinteraksi dengan Zean. Namun sangat tidak mungkin untuk tidak bertemu dengan laki-laki itu sementara mereka satu sekolah.

Caca menunduk, menatap perutnya yang sudah hampir terlihat membuncit. Untuk menyelesaikan masalahnya ini Caca harus bertemu dengan Zean. Tapi apakah mungkin ia bisa menyelesaikannya sendiri?

"Aborsi sakit enggak ya?" gumamnya. Mungkin hanya itu salah satu cara yang ada dipikirannya saat ini. "Aku tau ini dosa, tapi di umur segini Caca belum siap melahirkan bayinya."

Caca menghela nafas untuk kesekian kalinya, sebelum akhirnya memilih untuk membuka laptop dan mengetikan sesuatu di pencarian internet.

Bagaimana cara menggugurkan kandungan.

Banyak judul artikel yang sudah tidak lagi berwarna biru. Itu menandakan bahwa Caca telah mengunjungi halaman itu sebelumnya. Ia terus menggulir hingga sampai ke laman baru selanjutnya. Tangannya lantas terhenti ketika melihat judul artikel 'Ini Makanan yang perlu diwaspadai, berpotensi menggugurkan kandungan.'

Tangannya segera mengklik. Ia membacanya dengan serius, berbagai raut wajah ia ekspresikan. Menatap jijik saat ia membayangkan bagaimana ia makan lidah buaya, makanan mentah dan hati hewan yang bisa mengakibatkan keguguran katanya.

Caca bergidik ngeri membayangkannya. Hanya satu yang ia percayai dan tertulis banyak di internet ini. Semua orang pun sudah pasti tahu dan bukan hal tabu lagi di masyarakat. Buah nanas. Entah berhasil atau tidak tapi mungkin Caca akan mencobanya nanti.

Tokk..! Tok..!!

Caca mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Ia yakin itu pasti Bundanya. Entah sejak kapan pintu itu terlihat lebih sopan sekarang, padahal dulu hampir tidak pernah ada yang mengetuk.

"Masuk aja. Enggak dikunci kok, Bunda."

Pintu terbuka menampilkan seorang wanita setengah paruh baya tersenyum ke arahnya. Matanya memerah seperti hendak menangis. Caca hendak bertanya sebelum akhirnya Alisha mendekat menghampiri.

"Ada yang nyari kamu." ucap Alisha masih tersenyum getir. Caca melipat dahinya. Siapa yang mencarinya malam-malam begini?

"Jela?" tanyanya. Alisha menggelengkan kepala, menandakan bahwa itu berarti bukan Azella.

"Tata? Ara?" Alisha menghela nafasnyanya, kemudian menggeleng kembali

"Lalu siapa, Bunda?" tanyanya. Alisha lagi dan lagi menggelengkan kepalanya tidak tahu.

Caca kebingungan. Jika bukan temannya, lalu siapa yang datang malam-malam begini? Apakah Varo? Caca menghempaskan pikiran tersebut. Ia pikir daripada terus-terusan penasaran seperti ini, lebih baik dia pergi untuk melihatnya sendiri.

Ia beranjak dari kamarnya, kaki kecilnya menuruni satu persatu dari anak tangga. Namun, baru saja berjalan setengah tangga ia mendengar suara Ayahnya yang berteriak marah.

"PERGI DARI SINI!"

Caca terdiam mematung. Jantungnya berdegup lebih kencang. Entah kenapa ia menjadi lemas ketika mendengar suara keras seperti itu. Kaki dan tangannya ikut bergetar. Tetapi rasa penasarannya jauh lebih besar daripada itu.

Dengan rasa takut akhirnya Caca kembali menuruni anak tangga dengan perasaan tidak tenang dan gelisah. Hingga tepat sebelum tiga anak tangga terakhir ia benar-benar membatu melihat siapa yang sedang bersama Ayahnya. Tepat seperti apa yang ditakutinya.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang