Dua Puluh Delapan

544 56 10
                                    

ALOOOO
HAPPY READING GUYS🫶🏻❤️

🦋🦋🦋🦋

****

Aureta seharian ini berada di dalam kamarnya. Ia menumpahkan semua rasa sakit, kecewa dan menangis sejadi-jadinya. Dia benar-benar sangat hancur, membayangkan bagaimana pacarnya melakukan hal seperti itu dengan sahabatnya sendiri.

Ingin sekali dia berteriak marah mengeluarkan semua gejolak emosi di dadanya. Itu sangat sesak sekali dan terasa penuh. Aureta hanya bisa membekap mulutnya, berusaha menahan untuk tidak mengeluarkan suara sedikitpun.

Rasa sakit yang sebenarnya adalah bukan bagaimana membayangkan Zean dan Caca melakukan itu, tetapi yang paling menyakitkan adalah perasaannya kepada Zean yang masih tetap sama. Ia marah sekali, mengapa setelah disakiti dan dikhianati ia masih memaafkan Zean. Mengapa perasaannya tidak berubah sedikitpun.

Ketika dirinya ingin sekali melepaskan rasa sakit itu, namun hatinya bertolak belakang. Aureta sudah benar-benar jatuh sejatuh-jatuhnya pada Zean, hingga rasanya sangat sakit. Dia ingin keluar dari sana namun hatinya sudah terikat dengan mati.

"Sumpah demi tuhan, ini sakit banget!" gumamnya dengan suara tercekat.

Drttt..! Drttt...!

Aureta membiarkan ponselnya berdering. Nama Azella terpampang jelas di bilah layarnya. Aureta tidak ingin bertemu dan berbicara dengan siapapun dulu hari ini. Ia tidak ingin diganggu dan membiarkan tubuhnya menikmati setiap rasa sakit yang seperti kepingan kaca.

Benda pipih itu terus bergetar. Aureta lalu menonaktifkan handphone nya. Untuk sehari saja ia ingin tidak baik-baik saja. Dia lelah sekali menahan beban berat di punggungnya.

Tokk..! Tokk..!!

Suara pintu diketuk dengan keras dari luar. Aureta tidak membukanya dan hanya melirik sekilas. Mengapa semua orang sangat mengganggu hari ini. Ia hanya ingin menyendiri dan membutuhkan waktu.

"Auret?! Kamu dari kemarin ngapain aja sih di kamar terus, bantuin Mama kek itu di dapur masak. Rumah berantakan bukannya dirapihin. Mama udah nyuci, nyapu, masak, kamu main hp aja terus. Mau jadi apa sih? Pinter juga nggak."

Itu suara Mamanya yang berteriak marah. Luka baru bertambah lagi. Aureta menahan isaknya, dada hingga rahangnya benar-benar sakit sekali. Sebenarnya Aureta itu dianggap apa di keluarganya?

Padahal biasanya Aureta yang melakukan tugas rumah itu sendirian, hanya hari ini ia tidak melakukannya. Ia capek berada di dalam rumah ini. Zean sudah tidak ada lagi di sini, sekarang dimana lagi tempat yang akan ia jadikan rumah.

"RETAA?!! KAMU BUKA ATAU MAMA DOBRAK PINTUNYA!"

Pintu semakin digedor dari balik kamarnya. Aureta berdecak kesal, sambil menangis ia berjalan untuk membukakan pintu. Barangkali Mamanya akan merasa iba melihat dia urak-urakan seperti ini.

Cklek

Pintu terbuka lebar menampilkan sosok Mama nya berdiri tak jauh darinya. "Aku capek, Ma-"

Plakk!!

"Capek? Seharian di kamar kamu bilang capek? Dimana otak bodohmu itu di simpan hah?" Bukan iba, tetapi Mamanya malah menampar dan memakinya. Aureta menahan untuk tetap sabar.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang