Double Update kali yaa..!!
WKAKAKKKHAPPY READING AND ENJOY GUYS..!
🌿🌿🌿🌿
***
Setelah pergi dari Cafe, kini Zean, Rattam, dan Darren berada di salah satu taman di pinggir kota. Di sini tidak terlalu ramai dan cenderung sepi.
Zean sama sekali tidak mengubris kehadiran dua temannya itu. Ia hanya ingin menenangkan dirinya saja. Lagi dan lagi ia membenci dirinya yang seperti itu. Ia selalu pergi dan menyendiri ketika berada dalam masalah. Namun apakah itu adalah seorang pengecut?
"Gue pengen ketemu Mama."
Tiga kata yang cukup membuat Rattam dan Darren saling pandang. Mereka berdua tidak bisa membantu apapun.
Zean memeluk lututnya, menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan. "Apa yang udah Mama dan Papa lakuin sampe karmanya datang ke gue sekaligus kaya gini?"
Rattam mendekat dan duduk di atas rumputan di samping Zean. Ia mengenali betul bagaimana Zean. Di balik sangarnya dia masih terdapat jiwa anak kecil yang malang nasibnya.
Rattam juga ingat pertama kali bertemu dengan Zean, persis seperti sekarang ini. Zean yang memeluk lututnya di bawah hujan, saat itu Zean masih polos. Tidak menyangka Rattam memberikan banyak pengaruh buruk terhadapnya.
"Setiap masalah ada jalan keluarnya, Ze. Satu-satu dulu, jangan dipikirin sekaligus." ucap Rattam sembari mengeluarkan satu batang rokok di sakunya.
Darren ikut nimbrung dan duduk di samping Zean satunya lagi. Ia menselonjorkan kakinya lalu berbaring melihat langit yang hampa itu. "Gue nggak tahu gimana perasaan itu, cong. Tapi bener kata Timtam, hidup itu memang selalu ada yang harus kita korbankan di setiap perjalanannya."
Rattam melirik Darren sebentar. Lalu mengikutinya, berbaring di atas rumput yang sudah dipangkas rapi. "Apa dan siapa yang dikorbankan itu tergantung jalan yang lo ambil. Yang penting lo ikhlas dan percaya sama jalannya." tambahnya.
"Sama tanggung jawab. Tapi yang penting ikhlas sih, kan selalu ada perpisahan dalam setiap pertemuan." Darren melanjutkan lagi.
Zean masih bergeming. Ia mengangkat wajahnya pelan, kemudian menatap ke atas untuk melihat langit yang gelap gulita tidak bercahaya seperti hari-hari sebelumnya.
Beberapa menit ia merenungkan semuanya. Mungkin memang benar Zean cukup pengecut dan tidak cepat mengambil keputusan. Benar, Zean tidak boleh egois. Ia harus siap kehilangan apapun dalam hidup. Ia sudah kehilangan Mama nya, harusnya Zean belajar dari itu.
"Lo bener, gue harus siap buat kehilangan semuanya." Zean ikut merebahkan tubuhnya, "Mungkin gue harus mulai lagi dari awal dan melepas semua yang berkaitan dengan rasa sakit."
Rattam tersenyum tipis. Itu jawaban yang dia tunggu-tunggu selama berteman dengan Zean. "Apa yang mau lo lakuin?" tanyanya.
"Kasih tahu Aureta, semuanya. Perihal dia mau percaya apa nggak itu urusannya, tapi gue harap sih dia percaya." jawab Zean.
Darren menyikut lengannya. "Kata gue mah nggak usah berharap-harap kaya gitu, Cong. Ikhlasin aja udah."
"Lo pikir ikhlas gampang." Rattam yang membalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
Teen FictionKeysia, gadis polos dan manja yang masih duduk di kursi SMA harus kehilangan sesuatu yang paling berharga dari dalam dirinya. Harta yang ia jaga untuk laki-laki pilihannya kelak kini hanya tinggal bekas. Impian yang sudah lama ia bangun, semua runtu...