Ini sebenernya bonus chapter yang ada di naskah sebuah rasa~!
Tapi, karena aku sedikit 'hilang harapan', jadi aku pengen up bagian terakhir cerita ini di sini~!
Semoga masih ada yang baca cerita ini yaa~!
Selamat membaca(≧∇≦)/
•••
“Berakhirnya sebuah hubungan bukan berarti rasa di antara mereka sudah menghilang, kan?”
- Huang Renjun
•••
Akhir bahagia dari setiap cerita pasti berbeda beda-tergantung dari sisi manakah kita melihatnya. Dan mungkin, seperti inilah akhir bahagia untuk kisah mereka.
Tak memiliki akhir untuk bisa bersama kembali bukanlah sebuah akhir cerita yang buruk. Buktinya, mereka masih bisa saling menyapa dan tersenyum satu sama lain tanpa mengingat luka lama.
Mereka tak memaksa semesta untuk menyatukan mereka kembali. Karena pada akhir cerita, mereka tetap memilih kata rela; merelakan segala hal termasuk beberapa rasa yang masih mereka dekap sejak dulu menjadi sebuah cerita lama.
Cerita lama tentang sebuah rasa yang terlalu menyenangkan untuk terhapus dari ingatan.
Sebuah cerita lama tentang rasa yang tak 'kan pernah hilang termakan usia.
•••
“Lo apa kabar?”
“Gue baik. Kabar lo sendiri gimana?” tanya Nayeon sambil tersenyum pada pemuda di hadapannya.
“Seperti yang lo liat sekarang.”
Pertanyaan pertanyaan sederhana itu kini menjadi obrolan hangat di antara mereka. Hingga secara tiba tiba, Haechan dan Jeno berlari dengan cepat menuju Renjun dari arah belakang.
Karena merasa tak siap, tubuh Renjun sedikit limbung ketika ia terkena dorongan dari kedua sahabatnya itu.
“Lo mau kita ngejengkang bareng, hah?” ujar Renjun sambil memandang kesal kedua sahabatnya.
Haechan terkekeh pelan. “Ya maap, Ren. Kita berdua kan seneng gegara ketemu sama lo,”
“Oh iya. Lo udah jadi penyanyi terkenal kan? Fans lo pasti banyak. Gue minta tanda tangan lo dong,” lanjut Haechan sambil mengeluarkan beberapa lembar kertas berukuran kecil dari saku kemejanya.
Renjun kini mengernyitkan dahinya. “Lo nyuruh gue tanda tangan kertas sebanyak ini? Buat apaan?”
“Ya buat gue jual ke fans lo, lah! Buat apa lagi?”
Pemuda itu hanya memutar bola matanya malas lalu menuruti permintaan Haechan. Tanpa sadar, Nayeon kini memperhatikan bagaimana wajah kesal pemuda di hadapannya sambil menandatangani beberapa kertas yang disodorkan oleh Haechan.
Menyadari tatapan Nayeon padanya sejak tadi, Renjun menarik nafas pelan lalu tersenyum kecil. “Gue baru tau selain suka nulis, lo juga suka mandangin gue.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rasa [Selesai ]✔
Teen Fiction"Bener ya kata orang. Jarang di balik pertemanan gak keselip sebuah rasa. Contohnya kaya gue sama dia sekarang," - Huang Renjun. "Cuma lo yang sukses bikin hati gue gak karuan kaya gini, Renjun! - Im Nayeon. ...