[Chapter 30] Tentang Kita

177 43 33
                                    

"Dan anehnya, aku masih mencintaimu. Padahal kamu adalah jawaban siapa patah hati terbesarku,"

-Im Nayeon

•••

Pemuda itu berdecak pelan sambil menyandarkan dirinya pada tembok. Sejak tadi, ia hanya berdiri di luar sambil sesekali menatap pintu ruangan yang terbuka tak jauh dari tempatnya berdiri.

Harusnya gue pergi dari sini. Tapi kenapa kaki gue gak mau ngikuti apa yang gue mau?

Pemuda itu menarik nafas pelan. Tak bisa dipungkiri bahwa peristiwa tadi cukup membuatnya sedikit merasa  cemburu. Di matanya, Renjun adalah orang yang paling beruntung diantara sekian banyaknya orang yang ia temui.

Karena menurut apa yang pemuda itu alami selama ini, ia bisa merasakan betapa besar cinta yang ada diantara mereka. Dan,





















betapa besar rasa kecewa yang ia dapatkan setelah mengetahui itu semua.

"Guanlin!" panggil seorang gadis sambil berlari cepat ke arahnya.

"Lo ngapain lari la-"

"Lo liat Renjun gak?" potong gadis itu dengan nafas yang tak beraturan.

"Di sana,"

Gadis itu menoleh, menatap pintu ruangan yang terbuka tak jauh dari sana. Ia menatap pemuda dihadapannya lalu tersenyum simpul.

"Oke. Thanks ya."

•••

Mereka mau kemana?

Pertanyaan itu muncul dalam benak Guanlin ketika ia melihat pemuda itu ditarik pergi oleh Ryunjin dari sana. Guanlin menarik nafas pelan.

"Bisa bisanya lo ninggalin Nayeon nangis sendirian di dalem, Ren."

Tanpa membuat keributan, pemuda itu berjalan dengan perlahan lalu memasuki ruang kesehatan. Ia menatap seorang gadis yang sedang terduduk dilantai sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding.

"Renjun mau kemana?" tanya Guanlin sambil mendudukkan diri di samping gadis itu.

Nayeon menggeleng pelan. "Gak tau. Bukan urusanku,"

Pemuda itu menarik nafas pelan, menyandarkan tubuhnya pada dinding lalu tersenyum simpul.

"Alin gak tau apa yang Yeon rasain atau apa yang Yeon alamin sampe Yeon nangis kaya gini. Alin gak berhak nanya, karna Alin tau kalo ini masalah pribadi kamu."

Guanlin menarik nafas pelan. Tangannya bergerak mengusap perlahan rambut gadis di sampingnya. "Yang pasti, apapun yang terjadi. Yeon jangan pernah ngerasa sendiri. Ada Alin yang bakal selalu ada di samping kamu. Alin bakal berusaha jadi teman sekaligus pendengar yang baik buat Yeon,"

Pandangan gadis itu kini beralih menatap manik pemuda di sampingnya. "Maaf Al. Yeon belum bisa cerita ini semua sama kamu. Semua ini masih terla-"

Sebelum Nayeon menyelesaikan kalimatnya, pemuda itu tiba tiba saja menempatkan jari telunjuknya di depan bibir Nayeon, membuat gadis itu terdiam. Pemuda itu tersenyum kecil.

"Alin gak akan kemana mana kok. Ceritanya nanti aja ya? Pas kamu siap. Alin gak mau maksa kamu buat jelasin semuanya sekarang,"

Guanlin menatap manik sembab gadis disampingnya lalu tersenyum simpul.





















Sebuah Rasa [Selesai ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang