[ Chapter 17 ] The Truth Untold

233 59 41
                                    

"Gue gak nyangka lo sejahat itu,"

-Choi Tzuyu

•••

Setelah memastikan pacarnya tertidur, Renjun mematikan sambungan telfon lalu merebahkan diri di atas kasur.

Segala persoalan tentang taruhannya dengan Haechan dan Jeno sukses membuat hatinya sejak tadi menjadi tak tenang. Semua masalah itu kini memunculkan beberapa pertanyaan.

Apakah Nayeon akan kecewa padanya? Bukankah ia pernah berjanji pada Nayeon agar tidak membuatnya kecewa?

Dan, jika Nayeon memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka,

Apa ia sanggup untuk kehilangan Nayeon? Wanita yang sudah ia kagumi selama 2 tahun?

Wanita yang ia anggap sebagai rumah, bukan sekedar tempat singgah.

Wanita yang sudah masuk secara tiba tiba dalam hatinya tanpa permisi, mengambil hatinya tanpa ia sadari.

Apa ia siap merasakan pahitnya sebuah perpisahan?

•••

"Nayeon!" panggil Tzuyu sambil berlari kecil ke arah Nayeon.

"Tumben masih pagi lo udah dateng, biasanya kan lo dateng pas gerbang mau ditutup," sindir Nayeon sambil mendudukkan diri di kursinya.

Tzuyu yang mendengarnya hanya mendengus kesal.

"Telat salah, dateng pagi salah. Rumit amat hidup gue,"

"Cocok tuh buat jadi novel Serba Salah," celetuk Nayeon yang dibalas tatapan kesal Tzuyu.

Nayeon ini benar-benar minta dicabik cabik!!!

Sedangkan Nayeon hanya tertawa geli melihat reaksi temannya. Benar benar lucu. Ia merogoh tas, mengambil sebuah novel yang ia bawa, lalu membacanya perlahan.

"Nay," panggil Tzuyu yang hanya dibalas deheman singkat oleh Nayeon.

Tzuyu tiba tiba mengeluarkan cengiran khasnya lalu berujar pelan.

"PJ-nya mana?"

"Gak ada,"

"Lo mah pelit!"

"Minta sana sama Renjun,"

Tzuyu mendengus kasar lalu kembali berujar. "Pelit! Dasar pelit!!!"

Nayeon memutuskan melanjutkan membaca novelnya tanpa menanggapi ejekan ejekan dari Tzuyu.

Tiba tiba ia teringat dengan sebuah pesan yang dibacanya tadi pagi. Nayeon menutup novelnya lalu menatap dalam manik mata Tzuyu.


"Gue....boleh minta tolong sama lo?" tanya Nayeon ragu ragu.

"Minta tolong? Buat ngapain?"

"Tolong bantuin gue awasin gerak gerik temen cowo Renjun. Terutama Jeno,"

Dahi Tzuyu mengerut, ia mulai  tak mengerti arah pembicaraan sahabatnya yang satu ini. "Mau jadi mata-mata dadakan lo? Pake ngawas ngawasin orang segala? Lo terlalu gabut apa gimana dah?"

"Bukan gitu, gue curiga kalau mereka berdua nyembunyiin sesuatu yang penting. Sesuatu yang bakal ngejelasin semuanya,"

"Tunggu, tunggu. Ngejelasin semuanya? Maksudnya?"

Sebuah Rasa [Selesai ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang