[ Chapter 8 ] Hari yang sial

399 129 158
                                    

"Bolehkah aku berharap kamu datang menyelamatkanku lagi?"

-Im Nayeon

•••

"Abang!!!! Gue hampir telat nih. Napa gak lo bangunin!!!"

Begitu bangun, Nayeon langsung ribut sendiri. Gadis itu terkejut setelah melihat jam dinding di kamarnya yang sudah menunjukkan pukul 06.45 WIB. Yang artinya, hanya tersisa 15 menit lagi baginya untuk bersiap siap sebelum gerbang sekolah ditutup oleh pak satpam.

Gadis itu langsung mandi dengan terburu buru, memakai baju seragam yang tergantung rapih di lemari lalu memasukkan beberapa buku yang dibutuhkan ke dalam tas. Tak lupa ia juga mengikat rambutnya secara asal. Nayeon juga menambah sedikit polesan di wajahnya agar terlihat segar.

Itu semua gadis itu lakukan tanpa melihat cermin!! 

Sumpah! Nayeon aja nggak bisa bayangin gimana penampilannya sekarang. Gadis itu benar benar takut gerbang sekolah keburu ditutup oleh pak satpam. Mana pak satpamnya gak bisa diajak negoisasi lagi!

Dipikir-pikir, gerbang sekolah aja udah ada yang jagain. Masa iya hati Nayeon belum ada? Kalah dong dia sama gerbang sekolah?


"Diperlukan seseorang untuk mengisi kekosongan hati Nayeon. Silahkan temui dia di hatinya melalui penerbangan lewat udara nafasnya. Terima kasih,"(abaikan)

•Kembali ke cerita..

Setelah siap, gadis itu langsung berlari dengan cepat menuju kakaknya yang sudah menunggu Nayeon di depan rumah. Bisa bahaya kalo Nayeon ditinggal!!


"Tega lo bang! Gak bangunin gue," cibir gadis itu sambil memakai sepatu dengan terburu buru.

"Lo nya aja kebo. Dibangunin, gak bangun bangun," Bales Bang Tiwai.


Gadis itu berdecak kesal.

Ternyata kisah gue yang dilamar sama Jungkook itu cuma mimpi?

Pemuda itu mendengus pelan lalu kembali berujar, “Lo mimpi apasih, dek? Sampe lo ngelindur terus senyum-senyum gak jelas kaya orang gila?” 

Gadis itu mendengus pelan. ‘Kaya orang gila?’ Kakaknya ini benar-benar menyebalkan! 

"Denger ya bang, gue tuh mimpi lagi jalan sama Jungkook bts tauu. Habis makan tiba tiba dia ngerogoh sakunya. Ternyata ada kotak cincin. Abis itu dia pegang tangan gue, terus bilang-,"

“Jangan banyak halu,” potong Taeyong sambil memasang helm di kepala adiknya.

“Abang ngeselin emang,”


•••

"Nay, lo gapapa kan?" Tanya Tzuyu tiba-tiba setelah menyeruput jus jambu yang ia pesan.

Setelah jam pelajaran pertama selesai, Tzuyu langsung menarik sahabatnya menuju kantin seperti biasa.

Nayeon yang sedang sibuk sendiri dengan ponselnya langsung menghentikan aktivitasnya lalu menatap manik mata sahabatnya.

Sebuah Rasa [Selesai ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang