[ Chapter 3 ] Modus

571 202 206
                                    

"Jangan buat diriku terlalu nyaman. Aku sudah lelah hanya dianggap sebatas teman.."
-

Im Nayeon

•••

Jantung gue bisa bermasalah Renjun !

"Jijik gue."

Balas gadis itu santai padahal jantungnya seakan ingin melompat detik ini juga.

"Masa?" Goda Renjun sambil senyum-senyum gak jelas. 

"Bodo."

Pemuda itu menarik nafas panjang lalu menatap lekat lekat manik Nayeon. "Kenapa lo gak bilang ke gue kalau lo alergi udara dingin?"

"Buat apa juga gue bilang sama lo?"

"Biar gue bisa jaga - jaga dan lindungin lo kapan aja,"

Balasan pemuda itu kali ini bener-bener diluar dugaan Nayeon. Gadis itu menatap lekat lekat manik Renjun, mencari kebohongan di mata pemuda itu. Dan anehnya, Nayeon nggak bisa menemukan tanda tanda kebohongan apapun disorot matanya.

Dahi Nayeon mengerut sambil menunjuk dirinya sendiri. "Lindungin gue? Kenapa?"

"Ntar juga lo tau,"

Gadis itu berdecak kesal. Semua teman temannya sepertinya memang suka menggantung dirinya seperti ini. Mereka belum tau aja rasanya digantung.

Capek tau. Seakan-akan kita disuruh buat nuntasi teka teki yang nggak ada cluenya sama sekali.

"Cepet makan Nayeon," ucap pemuda itu penuh penekanan sambil menatap manik Naya dengan sangat serius. 

“Gak mau,”

"Gue gak suka kalo lo sakit tau,"

Pemuda itu membuang nafas kasar lalu berujar dengan begitu tegas. “Lo harus makan.”

“Gue tau tapi gue gak mau disuapin sama lo!” balas gadis itu tak kalah tegas.

“Nayeon,” Pemuda itu tiba tiba saja merengek seperti anak kecil. Nayeon yang melihat hal itu langsung tertawa lepas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia benar benar tak habis pikir dengan tingkah pemuda di hadapannya.

Melihat Nayeon yang tertawa, pemuda itu tersenyum kecil.

"Seneng banget ngeliat Nayeon ketawa kaya gini."

"Karena gue alasannya, bukan orang lain."

Pemuda itu kini membulatkan matanya. Woy, Ren! Lo mikir apasih tadi?! Lo gila, ya?! Sadar, Ren!! Kok lo malah seneng sih ngeliat dia ketawa gara gara lo?!

Apa jangan jangan.....

Renjun langsung menepis pikiran gila itu. Pasti gak mungkin kan? Iya kan??

"Gak! Gak mungkin," Ujar pemuda itu sambil menepuk kepalanya sendiri.

Dahi Nayeon mengernyit. "Apanya yang gak mungkin??"

"Oh, nggak."

Saat mereka sedang asik-asiknya mengobrol berdua, tiba tiba saja tubuh Nayeon terasa lemas diikuti dengan nyeri yang tiba tiba saja terasa di kepalanya.

Renjun yang melihat perubahan sikap gadis di hadapannya langsung memegang dahi gadis itu.

"Kenapa? Lemes lagi?" pertanyaan pemuda itu hanya dibalas anggukan pelan oleh Nayeon.

Renjun berdecak kesal. "Tuh kan!! Gue bilang juga apa. Lo butuh tenaga biar cepet sembuh, Nay. Cepet buka mulutnya. Aaaaaa.”

Dengan cepat, gadis itu langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. “Gue bisa sendiri,”


Pemuda itu menarik nafas pelan lalu tersenyum simpul. "Kenapa lo harus ngelakuin ini sendiri kalau gue ada di samping lo?"

"Gombal mulu lo. Gak bosen?" cibir Nayeon diakhiri kekehan pelan.


Karena terlalu fokus berbincang satu sama lain, mereka berdua nggak sadar kalau sejak tadi Taeyong sedang memperhatikan mereka dibalik pintu.

"Jangan ganggu ah," Taeyong tersenyum kecil lalu berjalan menjauhi kamar adiknya.

•••

"Udah, Ren. Gue kenyang," ujar gadis itu sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan.

Pemuda itu berdecak kesal. "Baru juga tiga suap. Masa udah kenyang lagi? Ayo dong makan yang banyak."

"Dasar bawel," cibir Nayeon sambil mengerucutkan bibirnya.

Pemuda itu terkekeh pelan lalu mencubit pipi Nayeon.

"Lucu,"

4 huruf 1 kata yang membuat jantung Nayeon kini berdetak tak karuan. Seakan ada sengatan listrik yang membuatnya menjadi salah tingkah. Gadis itu merasa pipinya kian memanas. Lalu, bagaimana dengan status jantungnya sekarang?

Status jantung:abnormal

•••

Setelah menunggu beberapa menit, Taeyong beranjak dari kursi tamu lalu berjalan menuju kamar Nayeon. Mengecek bagaimana keadaan adiknya saat ini.

"Udah mendingan belum?" Tanya Taeyong pada adiknya sambil mengacak-ngacak pucuk rambut Nayeon.

Gadis itu tersenyum sambil mengangkat ibu jarinya. “Udah dong!”

"Bang, gue pulang dulu ya. Gue ada janji sama Haechan buat main game,"

Renjun pamit lalu beranjak pergi meninggalkan kamar Nayeon. Langkah pemuda itu tiba-tiba saja terhenti. Ia menolehkan kepalanya, memandang Nayeon yang kini yang sedang menatapnya. 

"Cepet sehat. Jangan sakit mulu lo."

Gadis itu membuang nafas kasar. "Besok juga gue bakal sehat kok!"

Pemuda itu tersenyum simpul. "Gue balik ya. Jangan rindu, berat, kaya tagihan listrik.”

Nayeon membuang nafas kasar. Sampai kapan lelaki ini akan menggodanya dengan gombalan gombalan recehnya itu?


"Gue gaakan ngerinduin lo tuh,"

Pemuda itu menarik nafas pelan lalu tersenyum simpul.

"Tapi gue, yang bakal ngerinduin lo,"

••TBC••

Hai semua

Gimana nih?

Suka gak sama ceritanya ?

Semoga suka ya !

Kalau suka tekan bintang di pojok ya dan kasih tanggapan kalian

Termakasih ☆

Next chapter ♡

Sebuah Rasa [Selesai ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang