[Chapter 27] Tentang Hati

200 48 25
                                    

"Aku adalah poros duniamu; itu katamu dulu."

-Im Nayeon

•••

Pemuda itu perlahan membuka matanya. Bau antiseptik mulai memenuhi indra penciumannya. Iris matanya kini tertuju pada seorang gadis yang terduduk disamping tempat ditidurnya, sedang tertidur pulas.

Pemuda itu tersenyum simpul. Perlahan, tangannya bergerak mengusap rambut gadis itu.

Kamu baik, Yeon. Itu yang bikin Alin suka sama kamu.

Menyadari pergerakan tiba tiba pada rambutnya, gadis itu berdecak kesal lalu membuka matanya perlahan.

"Siapa sih-Alin!"

Nayeon mengusap matanya berkali kali, memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi. "Kamu udah bangun? Ada yang sakit nggak? Mau Yeon panggilin dokter?"

Pemuda itu menggelengkan kepalanya. "Kamu ada disini udah cukup kok buat Alin."

Nayeon berdecak pelan. "Yeon serius tau! Masih ada yang kerasa sakit engg-"

Tepat saat gadis itu akan melanjutkan kalimatnya, jari telunjuk Guanlin langsung menutup mulutnya, menyuruh gadis itu diam.

Pemuda itu tersenyum simpul. "Alin beneran gak apa apa. Emangnya kamu gak mau denger penjelasan dari Alin?"

Nayeon menarik nafas panjang. Gadis itu sangat ingin mendengarkan penjelasan secara langsung dari mulut pemuda ini. Tapi menurutnya, sekarang bukanlah waktu yang tepat.

Pemuda ini baru bangun! Nayeon tidak boleh mementingkan dirinya sendiri!

Ia tidak boleh egois!

Nayeon mengangguk ragu. "Yeon mau denger semuanya langsung dari mulut kamu. Tapi nanti. Kamu harus istirahat, kamu kan baru aja ba-"

"Alin bisa kok jelasin sekarang," potong pemuda itu lalu tersenyum simpul.

Gadis itu menarik nafas panjang, memantapkan hatinya lalu menatap nanar manik Guanlin. "Kenapa kamu gak bilang semua ini dari awal?"

"Alin gak mau kamu khawa-"

"Tapi kamu sukses bikin Yeon ngerasa bersalah sekarang!" potong gadis itu sambil menatap tajam manik Guanlin.

Gadis itu menarik nafas pelan lalu melanjutkan kalimatnya. "Alin tau? 3 tahun Yeon benci sama kamu gara gara ini?"

"Kamu pikir 3 tahun itu waktu yang singkat buat ngehapus Alin dari hati Yeon? Nggak Al. Tiap malem Yeon suka mikirin 'apa salah Yeon sama kamu, sampe kamu mutusin buat pergi jauh kaya gini?'"

Cairan bening luluh di pelupuk mata Nayeon tepat setelah ia menyelesaikan kalimatnya. Gadis itu terdiam lalu menundukkan kepalanya. 

Sedangkan Guanlin, pemuda itu mematung setelah ia mendengarkan seluruh penuturan dari gadis dihadapannya. Ia benar benar tak menyangka bahwa perbuatannya membuat Nayeon tersakiti selama ini.

Guanlin menarik nafas panjang. Tangannya bergerak menghapus jejak air mata di pipi gadis itu.

"Maaf, Alin cuma gak mau kalo Yeon sampe kepikiran. Alin gak akan kaya gitu lagi."

Sebuah Rasa [Selesai ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang