"Tangisan adalah cara mata berbicara ketika mulut terbungkam, tak sanggup menjelaskan seberapa hancurnya hati ini."
-Im Nayeon
•••"Nayeon! Lo mandi dadakan apa gimana, sih? Kok bisa basah kuyup gini?!"
Gadis itu duduk terdiam di atas kursi, tidak membalas satupun pertanyaan Tzuyu. Tenaganya benar benar terkuras karena kejadian tadi. Semua perkataan Sana dan teman temannya sukses membuat hatinya hancur.
Bahkan, Nayeon sempat berfikir, seburuk itukah dirinya di mata orang lain?
Pandangan Tzuyu kini beralih menatap Renjun dengan tatapan bingung. "Ren, sebenernya ini ada apa sih? Lo kan yang bawa dia kesini. Lo pasti tau dia kenapa,"
Pemuda itu hanya terdiam, tidak berniat menjelaskan apapun pada Tzuyu. Sejak tadi, pandangannya terus tertuju pada Nayeon.
Maaf, Nay. Ini semua salah gue.
•••
Bel pulang yang ditunggu oleh seisi kelas akhirnya berbunyi. Semua orang langsung berlarian keluar ruangan untuk pulang. Awalnya, Tzuyu berniat mengajak sahabatnya untuk pulang bersama, tapi Nayeon menolak. Gadis itu bilang bahwa saat ini dia sedang butuh waktu untuk sendiri.
"Kalau gitu gue pulang duluan ya, Nay. Bebeb gue udah nunggu di depan gerbang soalnya," Tzuyu melambaikan tangannya pada Nayeon lalu berlari keluar kelas.
Tiba tiba saja Renjun berjalan dengan cepat menghampiri Nayeon yang sedang sibuk memasukan bukunya ke dalam tas.
"Pulang bareng gue, ya?"
Gadis itu hanya diam, tak menghiraukan ajakan Renjun barusan. Perkataan Sana dan teman temannya masih memenuhi pikiran Nayeon hingga saat ini. Hatinya benar benar teriris. Gadis itu mati matian menahan air matanya agar Renjun tak melihatnya menangis lagi.
"Nay, ngomong dong. Jangan kaya gini."
Pemuda itu menarik nafas pelan. Sebelum tangannya menyentuh pundak gadis itu, Nayeon menepis tangan pemuda itu dengan kencang lalu berujar dingin.
"Jangan ganggu gue."
Gadis itu menarik nafas pelan lalu pergi meninggalkan Renjun yang masih terdiam, mematung di dalam kelas.
"Maafin gue Renjun. Beri jarak diantara kita dulu ya, gue harus nenangin hati gue dulu. Gak tau sampai kapan,"
•••
"Kenapa Nayeon? Kenapa lo giniin gue?"
Pemuda itu hanya terdiam sambil memandang punggung Nayeon yang perlahan menghilang dari pandangannya. Renjun sadar bahwa semua yang terjadi pada Nayeon hari ini memang kesalahannya.
Pemuda itu benar benar terluka ketika ia melihat Nayeon yang diperlakukan kasar seperti tadi. Nayeon yang dingin, pemarah, jutek, yang hatinya dikenal sekeras batu menangis untuk pertama kalinya di hadapan Renjun.
Renjun sadar bahwa benteng pertahanan yang gadis itu buat selama ini semata mata untuk meyakinkan semua orang jika dia adalah gadis yang kuat. Padahal dibalik semua itu, hatinya sama seperti kaca. Pecah kalau nggak dijaga.
Dan kini Renjun adalah satu satunya orang yang berhasil bikin kaca itu pecah; berserakan di mana mana.
Tiba-tiba saja Jeno datang lalu menepuk pelan pundak sahabatnya.
"Sabar, Ren. Cewe emang perlu dimengerti. Dia butuh waktu buat nyembuhin lukanya sendiri." ujar pemuda itu sambil menatap manik Renjun.
Renjun hanya tersenyum singkat lalu berjalan dengan cepat keluar kelas. Setelah pemuda itu pergi, Haechan berlari kecil ke arah Jeno sambil memegang sebuah bungkus kuaci di tangannya.
"Si kerak wajan kenapa? Tumben balik duluan?"Pemuda itu menatap punggung sahabatnya yang perlahan menjauh. Jeno tersenyum kecil.
"Biasa Chan, masalah cinta."
•••
Seorang gadis berjalan sendirian di bawah langit yang mulai dipenuhi awan kelabu. Sepanjang jalan, ia menundukkan kepalanya karena terkadang air matanya jatuh tanpa ia suruh. Masa bodo dengan tatapan aneh orang orang padanya. Ia tak perduli!
Gadis itu kini sedang menata hatinya yang sudah diambang kehancuran. Baru pertama kali dalam seumur hidupnya, pipinya berhasil ditampar oleh seseorang. Kak Taeyong yang sangat menyebalkan saja tidak pernah melakukan hal sekejam itu padanya.
Tapi sekarang, orang lain yang bahkan tidak memiliki masalah apapun dengannya, berani menampar pipinya dengan sangat kencang.
Rintik demi rintik hujan turun dari langit. Hujan seakan tau bahwa di salah satu tempat di Bumi terdapat seseorang sedang berusaha menahan tangis. Hujan yang mulai deras itu seakan akan membisikan sesuatu pada Nayeon.
'Menangislah, akan kutemani agar kau tak sendiri, akan kututupi agar tak ada yang mengetahui'
Benteng pertahanan yang Nayeon bangun akhirnya runtuh, tangis yang ia tahan sedari tadi akhirnya luluh. Gadis itu kini menangis ditemani derasnya air hujan yang membasahinya saat itu.
••TBC••
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rasa [Selesai ]✔
Teen Fiction"Bener ya kata orang. Jarang di balik pertemanan gak keselip sebuah rasa. Contohnya kaya gue sama dia sekarang," - Huang Renjun. "Cuma lo yang sukses bikin hati gue gak karuan kaya gini, Renjun! - Im Nayeon. ...