Phobia

260 37 15
                                    

Song
Hate that
;

Aku benci diriku yang lemah, kelemahan ku membuat ku terluka sendiri, bahkan orang lain ikutan merasa bersalah, Kak Sam berani membawaku hingga pintu asrama, membuat Saras kebingungan dan panik dalam sekali tangkap.

Kak Sam menceritakan semuanya pada Saras, sedangkan aku? Gadis lemah kalian ini hanya bisa diam sambil terus menerus menangis, memilukan sekali.

Saras yang awalnya akan marah karena aku hilang, seketika ia ikutan menangis dan menyesal telah meninggalkanku, ah Saras itu bukan salah mu, hanya aku yang penuh kelemahan ini yang ceroboh.

Aku sekarang mengurung diri di kamar, meninggalkan pelajaran untuk hari ini, seluruh badan ku sakit, dan mental ku benar benar teguncang hebat.

Aku masih menangis, tersendu dalam diam. Aku bahkan tidak berniat menyentuh makanan apa pun sama sekali, bahkan bangkit dari kasur saja malas rasanya, setelah mandi tadi untuk membersihkan diri yang terasa kotor sekali aku langsung membenamkan diri di selimut, berteriak sekencang kencangnya dan ku redam dengan bantal.

Air mata ku kian mengalir, degup jantungku juga terpacu sangat cepat, aku sudah meminum obat itu, berusaha mengalihkan pikiranku namun aku tetap saja jatuh pada luka semalam.

"Mamah, Hana takut, Hana gak mau mamah." Gumamku hanya itu, aku meringkuk bersandar pada tembok sambil meneteskan air mata.

Sebelum bel asrama yang berbunyi, membuat ku mau tak mau bangkit, karena pintu yang aku sengaja kunci dari dalam.

Ku pikir Saras, saat ku buka pintunya terpampang wajah Kak Sam yang penuh peluh dan sedikit luka memar di sudut matanya, lalu mataku beralih pada tangannya yang menyodorkan sekotak makanan pada ku.

"Di makan, gue gak suka kalo pemberian gue di acuhin, jangan takut sama gue ya." Ujarnya, lalu menarik tanganku dan langsung melangkah pergi dari hadapanku.

Degup jantungku sangat terasa, aku sudah mati matian juga menahan rasa sesak ini, aku menggelengkan kepala, lalu bergegas masuk kembali ke dalam kamar.

Saat aku buka pemberiannya, isinya nasi goreng cabai hijau dan ayam semur, dari mana pria itu tau makanan kesukaan ku?

Aku melahapnya perlahan, rasanya sedikit tidak karuan, semur yang terlalu manis, dan nasi goreng yang setengah asin dan setengahnya lagi terasa hambar, sepertinya pria itu membuatnya sendiri.

Aku menutup kotak makan itu, lalu menatap ponsel yang ku letakkan di meja, bagaimana cara ku memberi tau Mamah dan Papah? Apa mereka akan kecewa? Atau mereka akan membuangku?

Lagi lagi aku menangis, menahan hal gila yang hampir aku lakukan, aku takut jika dia hadir dalam tubuhku, bagaimana? Apa aku harus menikah dengan Kak Sam? Astaga aku saja sangat takut pada pria, lalu bagaimana. Apa lagi watak Papah yang sangat tegas, aku takut ini menjadi masalah besar.

Bel lagi lagi berbunyi, tapi aku sedikit enggan, aku takut jika itu Kak Sam lagi, aku hanya berteriak bertanya dari dalam.

"SIAPA?"

"SARAS! BUKAIN DONG HAN." Ah Saras, aku bergegas membuka pintu untuk gadis itu, lalu mempersilahkan Saras masuk.

"Aduh, capek banget gilaa." Ujarnya sambil merebahkan diri di tempat tidurku.

"Mandi dulu Ras, bau keringet." Perintahku, Saras menggumam sambil memejamkan mata.

"Han."

"Um?"

"Kak Sam mau ketemu orang tua lo, malam ini." Astaga, apa lagi ini. Aku tidak mau bertemu dengannya, apa lagi di tambah oleh orang tua ku, bisa bisa dia di jadikan ayam geprek oleh Papah.

Androphobia( S1) Tamat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang