Phobia

155 36 4
                                        

Love me like that
;

Tidak tahu harus bagaimana ketika aku mengintip dari pintu kamar, melihat kak Sam yang sedang berdebat dengan perempuan yang waktu itu aku lihat.

Bukan, bukannya aku merasa cemburu atau apa. Bahkan aku saja masih takut padanya, namun masih wajarkah seseorang yang beristri masih memiliki kekasih?

Hah entahlah, aku memilih menyibukkan diri di dapur saat kak Sam benar benar pergi menyusul perempuan itu, aku lupa namanya.

Jika aku benar benar pergi ke asrama, sepertinya itu akan buruk sekali. Rasa takutku ini kian menjadi, apa lagi harus satu rumah dengan kak Sam.

Entah mengapa juga, tidak Mamahku bahkan Mamah kak Sam tidak pernah berkunjung kemari, padahal mereka sudah berjanji.

Aku mengaduk sup jagung itu dengan perlahan, menyicip rasanya, di rasa pas aku mematikan kompor dan kembali bergelut dengan menggoreng ayam di wajan sebelah, rutinitas seorang istri beginikan?

Kepalaku akhir akhir ini kerap kali pusing jika kelelahan, aku rasa vertigoku mulai kambuh lagi, jujur itu sangat mereportkan.

"Emm, bumbu ayamnya kurang asin." Gumamku saat mengigit sepotong kecil ayam yang sudah ku goreng.

Aku bersikap acuh, memilih menyelesaikan semuanya dengan cepat dan langsung makan saja, bukannya aku tidak mau menunggu kak Sam tapi bisa saja dia sudah makan dengan pacarnya itu.

Setelah selesai, aku memilih mandi terlebih dahulu, belum sempat mandi dari tadi. Kebiasaan burukku memang jelek.

Aku telah siap dengan celana hitam selutut dan baju hitam selutut juga, rambutku ku biarkan tergerai bebas.

Saat akan menyendokkan nasi ke piring, pintu di ketuk dengan kencang, aku hampir saja terlonjak kaget karena gedoran itu kencang.

Aku berjalan perlahan, mengintip dari celah lubang kunci pintu, kira kira siapa di sana, seperti kemeja warna tosca yang di padu dengan kaos putih, samar samar namun aku tahu itu baju yang kak Sam pakai.

Aku membuka pintu segera, dan benar saja itu kak Sam, raut wajahnya tapi lumayan tidak mengenakkan untuk di pandang.

Dia langsung menutup pintu lumayan kencang, membuatku kaget dan terlonjak mundur, aku hendak bertanya tapi dia memilih masuk ke dalam kamar, dan tidak menutup pintu kembali.

Aku ingin masuk, namun aku ragu dan takut.

"Masuk gak ya? Tapi kayaknya kak Sam lagi marah banget deh." Ujarku pelan, aku mengintip sejenak.

Laki laki itu tengah berbaring di kasur, dengan lengan yang menutupi wajahnya dan nafas yang naik turun.

"Kalo mau masuk, masuk aja." Aku mengerjap, tertangkap basah tengah mengintip.

Aku canggung, lalu melangkah perlahan mendekat ke arahnya.

"K-kak Sam ke-napa?" Sialan! Kenapa aku harus gugup sih? Aku sudah takut, malah harus di tambah gugup.

Dia langsung berdiri dari baringnya, benar benar langsung berdiri, tidak duduk dulu. Entah kenapa aku jadi teringat kejadian malam itu ah buruk sekali.

Aku mundur dengan cepat, namun tanganku langsung di tarik olehnya dan bibirku... sudah kalian pasti tahu apa yang terjadi.

Aku memberontak, memukul dadanya kecang namun bukannya berhenti lumatan itu malah semakin dalam, dia kenapa?!

Aku menangis lagi, terlalu takut untuk mengulangi kejadian buruk itu. Ini kasar, sama seperti tiga laki laki yang tidak aku kenal dulu.

Androphobia( S1) Tamat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang