Phobia

173 33 0
                                    

Song
Serendipity
;

Terhitung tiga hari dari kejadian bertemu Naura, kini Hana tengah meremas tangannya gugup karena duduk dengan kedua orang tua Sam dan kakak laki laki pria itu, sedangkan Sam tengah mandi di kamarnya.

Ya, Hana di ajak Sam menginap di rumah pria itu, kebetulan besok hari libur dan membuat Sam berfikir untuk berkunjung ke kediaman pria itu.

"Hana, jangan takut gitu dek." Ujar Qian sambil terkekeh, pria tampan itu sebenarnya juga tengah takut, namun tidak separah adik iparnya sepertinya.

"I-iya kak Qian." Balas Hana, Mamah Sam mengelus bahu menantu kecilnya sambil terkekeh pelan.

"Hana jangan takut, kita kan keluarga Hana juga, oke?" Hana menoleh sambil mengangguk dan tersenyum.

"Hana, Sam jahat sama kamu?" Suara dalam itu membuat Hana menoleh pada pria parubaya yang diyakini Papah Sam.

"Enggak om, kak Sam baik." Mamah Sam memukul pelan paha menantunya, membuat Hana menoleh.

"Ayah, Mamah. Kenapa om? Kan tadi udah di bilang." Ujar wanita itu dengan raut sebal di buat buat.

"Ah iya, maaf." Mereka terkekeh karena tingkah polos gadis kecil itu.

"Mah, mamah simpen proyektor Sam gak?" Sam bersuara sambil berjalan menuju keluarganya, tangannya di gunakan untuk mengeringkan rambut yang basah.

"Proyektor apa?" Sang Mamah mengerutkan dahi bingung.

"Proyektor yang kemarin Sam suruh Mamah simpen itu." Ujar pria itu, lalu duduk di sebelah kakaknya yang asik bermain ponsel.

"Sama orang tua tuh sopan, noh ada di kamar gue. Gila kali lu nyuruh nyokap bawa bawa gituan dari pintu masuk komplek." Sam menoleh pada si kakak, lalu tersenyum malu ke arah si Mamah.

"Maaf Mah, Sam lupa kalo Mamah gak muda lagi."

"Malah makin ngelunjak ya kamu!" Sentak wanita itu dengan suara lembutnya, tangannya bergerak melempar si bungsu dengan bantal sofa.

"Sam, malu di lihat istri kamu." Teguran sang Ayah membuat Sam menoleh pada Hana.

Gadis itu menunduk, Sam tersenyum kecil. Hana susah berkomunikasi karena kejadian di parkiran supermarket hari itu.

"Lupa Yah, abis istri Sam pendiem si." Ujar Sam sambil terkekeh.

"Gimana? Kamu udah dapet bahan skripsi? Kalo belum nanti Ayah bantu ke temen Ayah yang dokter psikolog." Sam menggeleng sambil tersenyum.

"Makasih Bapak Fandi, tapi anak Bapak ini sudah dapat bahan." Jawab pria itu sambil tersenyum lebar.

"Gaya mu, nanti nangis nangis ke Mamah bingung mau gimana." Ujar sang Mamah, tangan wanita itu asik merangkul menantunya yang diam saja.

"Enggak lah! Mamah ini ngada ngada aja." Sam mengelak.

"Dek." Suara Qian membuat Sam menoleh pada si sulung.

"Lo manggil gue dek? Kesambet jin mana?" Qian menatap malas adiknya, lalu mendorong kepala pria itu pelan.

"Gue manggil Hana, pd gile lu." Ujar Qian, Hana yang namanya di sebut menatap kakak iparnya sambil mengerjap.

"Ngomong dong, jangan diem. Ngeri kalo diem aja, kayak kunti."

---

"Ngomong dong, jangan diem. Ngeri kalo diem aja, kayak kunti."

Kak Qian sedikit membuatku sadar, aku lebih banyak diam daripada bersuara, sejak detik itu aku mulai berusaha membuat diriku nyaman di sini, kak Qian gak salah, emang aku yang terlalu diem.

Androphobia( S1) Tamat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang