Phobia

143 32 0
                                        

Sam diam menatap atap kamar yang kosong dan dingin, laki laki itu menaikkan alisnya sembari berpikir sesuatu yang menekan keras pikirannya.

Pria itu begitu niat, ia selesai mencuci pakaian Hana dan dirinya di tengah malam, mengeringkan baju itu hingga kering sekali lalu di hairdryer hingga benar benar kering.

Dia menoleh pada Hana yang tidur di sampingnya. Tidak, ia belum siap membuat perempuan itu tau keburukan Ayahnya sendiri.

Sam menghela nafas pelan, ia tidak mengantuk karena memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk Saras dan mencari tau kenapa Hana takut oleh kedua kakak temannya.

"Aku bingung Na, gimana ya?" Gumamnya pelan, suaranya yang dalam membuat gumaman itu tak terdengar jelas.

"Kalo aja, kalo aja ini semua bukan karena aku,  kamu bisa ada buat Saras, dan dia gak akan gitu Na. Maaf  Na, adanya aku di hidup kamu bikin kamu susah." Tangannya mengelus pipi gembul itu perlahan, tersenyum kecil saat melihat bibir ranum istrinya yang sedikit maju.

"Aku udah cari sekolah paketnya Na, udah ada. Kamu udah bisa mulai lusa, semoga kamu bisa nyaman ya Na."

"Makasih banyak Na, makasih udah ada di sini." Sam mendekatkan dirinya, mengecup pelan kening Hana dan memeluk perempuan itu erat.

Sam benar benar tidak tidur hingga pagi, bahkan pelukkannya pada Hana pun tidak terlepas sama sekali.

Laki laki itu beranjak bangun duluan, mencuci mukanya lalu berjalan ke dapur. Niatnya adalah membuat sesuatu, ia benar benar sedang galau, dan ini kebiasaanya jika sedang mengalihkan pikiran, dengan melakukan sesuatu yang tak pernah ia kerjakan.

Sam membuka kulkas, menatap isi nya yang penuh sayuran, daging, dan makanan siap saji. Ia hendak meraih makanan siap saji itu tapi urung.

"Kalo begitu udah pasti enak, gak dulu gue mau buat sendiri." Ujarnya penuh gaya, ia meraih sayuran, daging, dan bumbu bumbu masak lalu meletakkan semuanya di meja.

Laki laki mengerutkan kening sejenak, berpikir keras ia akan membuat hidangan berat apa untuk sarapan di tengah jam enam pagi.

"Bikin apaan ya, mana gue kagak bisa bedain garem sama gula lagi." Ia menggaruk rambutnya mulai frustasi.

"Ah semur daging aja." Sam meraih daging itu, lalu memotongnya kotak kotak dadu dan mencucinya.

Sam mencuci dengan teliti, hingga suara derap kaki membuatnya menoleh. Hana berjalan pelan ke arahnya, wajahnya nampak basah tapi matanya masih terlihat mengantuk.

"Duduk dulu Na." Perempuan itu terperanjat hebat membuat Sam mengerutkan keningnya.

"Kenapa deh?" Tanyanya, Hana menatap Sam cukup lama hingga perempuan itu memutus kontak mata dan berlalu menuju kulkas.

Sam melirik sekilas ke arah Hana yang tengah menenggak air dari botol dengan ritme yang cepat, Sam mematikan kran air lalu menuju meja bar dan siap bergulat dengan masakannya.

"Kakak mau ngapain?" Sam yang di tanya menoleh, menunjukan pisau yang tengah ia genggam.

"Masak."

"Sini aku aja." Ujar Hana lalu merebut pisau yang berada di tangan Sam, gadis itu mengupas bawang bawang dengan teliti lalu memasukannya pada mesin chopper.

"Kak?"

"Um?"

"Ayo cerita." Ucap Hana di tengah kesibukannya.

Sam diam sejenak, laki laki itu jadi bingung harus bicara bagaimana. Apa kah sandiwara yang ia rancang semalam akan membuat Hana percaya?

"Cerita apa?" Hana yang yang sedang mencolokan kabel jadi menoleh, lalu matanya mengerjap lucu.

"Cerita yang semalem?"

"Hah? Semalem? Semalem emangnya kenapa?" Sam memulai sandiwaranya, semoga saja Hana mudah percaya.

"Ya semalem, soal Saras?"

Sam berlagak mengerutkan keningnya, rautnya di ubah seolah olah tak tau apapun itu yang sedang Hana bicarakan.

"Apaan? Semalem abis Winata sama Yasha pulang kita kan tidur?" Hana menaikkan alisnya.

"Gak mungkin, aku ikutin kakak lho semalem? Bahkan kakak tau itu?" Sam semakin memasang wajah pura puranya membuat Hana menatap laki laki itu dalam.

"Sumpah, kan langsung tidur?"

"Kak gak mungkin, orang jelas gitu."

"Na aku gak tau apa apa, mungkin itu mimpi kamu." Hana menggeleng tegas, perempuan itu beranjak menuju kamar membuat Sam mengikuti istrinya masuk.

"Nyari apa?" Tanya Sam saat melihat Hana mengacak acak keranjang pakaian kotor.

"Baju aku yang semalem, harusnya ada di sana." Ujar Hana lalu beralih membuka lemari, gadis itu mengurut pakaiannya hingga ia berhenti di titik dimana pakaian yang ia kenakan sudah bersih di dalam lemari.

Hana mencium pakaian itu, wangi pakaian yang masih sama, untungnya semalam Sam tidak menambahkan sabun pencuci di rumah mereka.

"Kenapa baju nya masih di sini?" Gumaman itu berhasil membuat Sam menghela nafasnya pelan, ia mengintip ke arah Hana yang tengah meneliti bajunya.

"Kak Sam cuci ya?" Sam yang di tegur langsung diam mengerjap, ia menetralkan kembali rautnya membuat mata Hana memicing.

Hana mendekat pada Sam membuat laki laki itu mundur, namun Sam tetap lah Sam laki laki pendirian tegas yang berhasil membuat Hana kembali mundur hingga memojok ke pintu lemari.

"Apa sih? Aku gak ngerti." Hana memalungkan wajahnya, nafasnya memburuh saat melihat raut wajah Sam yang hanya terkena sedikit penerangan, perempuan itu mendorong Sam menjauh agar laki laki itu tidak terlalu dekat.

"Jauhan, aku takut." Cicit Hana pelan, Sam mundur lumayan jauh lalu bersidekap dada menatap istrinya yang masih diam.

"Kamu mimpi semalem?" Sam tetaplah Sam, laki laki dengan sandiwara itu uh!

"Iya mungkin cuma mimpi." Ujar Hana lalu berlalu begitu saja keluar kamar.

Sedangkah si dalang sandiwara itu menghela nafasnya berulang kali sambil mengusap dada, "syukur istri gue polos banget."

---

Hai haii, aduh gak punya muka aku buat temuin kalian😭😭

Maaf ya? aku minta maaf banget banget yaa semua nya? Aku gak bermaksud ghosting kalian ko asli sumpah, tapi emang susah banget dapet alur.

Dari pada writer blok mending aku menghilang sementara, untungnya ini ada alur...

Sebenrnya alurnya udh aku tata rapih, tapi krna mikirin ending alurnya buyar😭😭

Maaf ya sekali lagi semua nyaa, sayang kalian banyak banyak ayang❤️❤️

Androphobia( S1) Tamat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang