Phobia

134 22 2
                                    

Reality Club - Tell Me I'm Wrong
;
Jangan lupa vote komen, bentuk suport dan jejak digital kalian baca ini❤️

;

Ketukan sepatu yang beradu pada lantai itu membuat seorang perempuan yang duduk terikat jadi panik, memejamkan matanya saat dentum sepatu itu semakin mendekat ke arahnya.

Satu sentuhan di dagunya sukses membuatnya memejamkan mata lebih erat karena takut.

"Sudah bangun rupanya ya?" Suara berat itu membuat ia semakin takut, masih menutup matanya erat-erat.

Tapi matanya harus terbuka paksa saat merasakan tangan orang di depannya ini mengelus pahanya tang hanya di balut rok yang kini sudah sedikit terbuka.

"Om jangan!" Ujarnya penuh peringatan, namun orang di depannya diam tak menjawab.

"Om saya mohon, jangan om. Lepasin saya om!" Pria itu nampak acuh, ia melangkah kesamping dimana seorang perempuan dengan pakaian serba hitam dan topi hitam yang menutupi wajahnya itu menatap datar.

"Kamu ada masalah apa dengan dia? Sampai-sampai seberani ini untuk bekerja sama dengan saya?" Pertanyaan dari pria itu sanggup Saras dengar, ia menahan tangis karena tangannya yang ngilu akibat sudah dua hari ini ia di ikat.

Sedangkan perempuan yang duduk di sana hanya diam, tak menjawab sepatah katapun pertanyaan dari Papa Hana.

Saras pura-pura diam menunduk, padahal di balik rambut panjang yang menutup wajahnya ia dapat melihat dan telinganya masih sanggup mendengarkan semua yang mereka bicarakan.

Saras tak mungkin lupa, wajah perempuan yang baru satu kali ia temui itu bukan hal yang asing, walaupun awalnya ia harus megingat-ingat lagi.

Saras menatap kedua orang itu dari balik juntaian rambutnya, Papa Hana nampak memandangi perempuan itu dalam diam. Lebih tepatnya pria tua itu sudah merasa tidak dianggap, beberapa kali bukan hanya saat ini pria tua itu didiamkan.

"Baiklah baiklah, yang terpenting kamu diam dan tutup mulut." Ujar Papa Hana, lalu memilih melangkah pergi. Namun sebelum itu, pria sialan itu menghampiri Saras dan melumat bibir perempuan itu.

Saras menunduk, menahan tangis yang siap pecah. Perempuan itu menunduk dalam hingga cekalan di dagunya membuat ia mendongak paksa.

"Harusnya, kamu jagain temen kamu." Ujar Perempuan dengan balutan pakaian hitam tadi, Saras menatap manik mata runcing itu dalam.

"Harusnya, kamu pakai otak kamu Saras." Setitik air mata Saras luruh, membuat sunggingan kecil muncul di bibir perempuan di depannya.

"Nangisnya kamu, gak akan dapet toleransi darimana pun." Selepas mengatakan itu ia langsung pergi, Sara memandang punggung itu yang berjalan membelakanginya.

"GUE GAK SALAH ATAS KEJADIAN YANG TERJADI SAMA HANA!" Teriakkan Saras sukses membuat perempuan itu berhenti melangkah, terkekeh sinis lalu berbalik menatap Saras.

"Itu murni kecelakaan!" Ujar Saras lagi, perempuan itu sudah menangis sesengukkan.

"Dan untuk lo, gue gak tau lo siapanya kak Sam. Tapi asalkan lo tau! Gue gak tau apa apa soal kejadian malam itu!" Perempuan itu melepaskan topinya, lebam di wajahnya yang tertutup topi kini lebih terlihat jelas.

"Aku Naura, pacar Samudra. Sebelum kamu bertindak bodoh dan bikin Sam lepas dari aku."

"Gila! Obsesi lo gila!" Tekan Saras, sedangkan Naura nampak tersenyum kecut.

"Gila? Emang, kenapa? Terganggu atas itu? Penghancur sialan!" Ujar Naura, lalu menendang kursi yang Saras duduki hingga kursi itu oleng dan membuat Saras terjerambab jatuh.

Androphobia( S1) Tamat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang