Hey Drolic!
Season duaaa
Isinya seputar unyu unyu keadaan rumah tangga, emmm tapi krna Buri masih bocil jadi jangan berekspetasi sm alurnya okey?Oke happy reading
No silent readers, vote and komen okey?
------------------------------------
Kedua sepasang suami isteri itu nampak berusaha menenangkan anak mereka yang menangis kencang, akibat kelalaian sang Ibu yang menjaga bayi satu tahunan itu, membuat si bayi itu berakhir terjengkang dari kasur lantai yang dia gunakan untuk tidur.
"Rayan, udah ya? Aduh Mama minta maaf, mananya yang sakit? Sini gendong Mama, Papa kasian itu nak." Bocah itu malah semakin menelusupkan wajahnya di ceruk leher sang Ayah yang menggendong dirinya sambil menepuk-nepuk kepalanya pelan.
"Adek? Coba liat Mama, itu Mama minta maaf lho. Sama Mama dulu ya? Papa ganti baju dulu." Gelengan kuat itu membuat keduanya menghela nafas lelah.
"Gapapa aku gendong aja, boleh tolong ambilin aku makan? Aku laper banget soalnya." Hana mengangguk patuh, ia beranjak menuju dapur meninggalkan Sam dan Rayan yang menangis sesengukan dibahu pria itu.
"Rayan kenapa gak mau sama Mama, um? Mama galak ya?" Sam mendudukan Rayan kembali di kasur lantai itu, bocah itu mengangguk disela tangisnya.
"Galak? Mama nya Rayan galak? Masa sih?" Bocah itu kembali mengangguk.
"Adi Yan i upul nini na Pwapwa huaaa, Yan ayi yus yatuh i itu." (Tadi Rayan di pukul sininya Papa, Rayan lari terus jatuh di situ.)
Tangisan itu kian mengencang membuat Hana lari cepat dengan piring dan gelas ditangannya, matanya menatap Sam tajam seolah menuduh sang suami yang membuat bayi mereka menangis.
"Enggak aku apa-apain, dia barusan ngatain kamu galak terus nangis lagi." Tangan kekar terbalut kemeja itu berusaha menahan tubuh anaknya yang ingin bersembunyi dari induknya.
"Yan nda au ma Mama! Ama ahat ma Yan!" (Rayan gak mau sama Mama! Mama jahat sama Rayan.)
Hana berdecak, menyodorkan piring berisi makan pada Sam lalu menggendong paksa Rayan, "Rayan jangan nakal! Liat, Papa capek mau makan! Mama capek tau, Rayan jadi laki-laki gak boleh cengeng!" Ucapan penuh kekesalan itu membuat Sam menelan suapan nasinya berat, ia menatap Rayan yang memang langsung jinak dan diam karena suara tegas Hana.
"Jangan galak galak Mama, nanti anaknya makin bandel." Hana menghembuskan nafasnya kasar, memungut mainan Rayan lalu kembali mendudukan bocah itu pada tempatnya.
"Emang harus dikasih pengertian kak, nanti dia jadi apa-apa malah sesukanya." Hana menatap suaminya yang menyuapkan butir nasi dengan hikmat.
"Tapi coba dipikir, Ray itu masih satu tahun sayang. Anak kecil diumuran segitu emang lagi dimasa rewel-rewelnya, kita harus bisa ngertiin itu." Hana berdecak cukup kasar membuat Sam melirik sekilas.
"Aku capek kak! Kak Sam kerja, dikantor duduk enak! Aku harus kuliah, urus Rayan, dikampus bocah ini gak bisa diem, mana ada yang bisa ngertiin aku sih?!" Lagi, Hana menangis karena merasa dirinya terlampau lelah.
Sam meletakkan piring nasinya, beranjak mendekat pada isteri kecilnya itu lalu mendekap dengan sayang.
"Maaf kalo aku belum bisa ngertiin ya? Mau sewa baby sitter aja? Atau mau dititip kerumah orangtua aku atau kamu?" Hana menggeleng.
"Aku gak percaya, kakak gak inget? Terakhir kali Rayan sama dua Neneknya itu, dia hampir dikasih makan waktu belum genap enam bulan, gak mau! Aku gak mau ambil resiko buruk untuk Ray." Sam mengelus bahu Hana lembut, mengecup pipi isterinya lalu terkekeh.
"Mama nya Rayan mau jalan jalan? Nanti diantar sampe mana pun yang Mama Rayan mau." Hana menggeleng, dirinya makin menenggelamkan wajahnya pada dada bidang suaminya itu.
"Kenapa sih? Mama mau apa?" Hana menggeleng lagi, Sam menarik nafasnya lelah.
Pria itu sampai rumah pukul 5 sore, saat membuka pintu ruang utama mendapati suara bentakan Hana lalu disusul suara tangis kencang dari Rayan, tubuhnya benar benar belum istirahat sama sekali.
"Rayan bobo." Suara itu membuat Sam menoleh pada anaknya yang sudah berbaring dilantai dengan mata terpejam dan nafas teratur.
"Gampang amat si bocil tidur, mana mau maghrib. Gapapa kak dia tidur?" Sam melepas pelukan Hana lalu meraih tubuh gempal putranya dan menggendong menuju kamar.
"Gapapa, kasian juga kalo harus dibangunin. Kamu kekamar ya? Aku ada perlu ngomong sesuatu." Hana mengangguk, memilih duluan kekamar sambil menyiapkan baju santai untuk Sam.
"Mandi dulu, baru ngobrol." Hana menyodorkan handuk serta baju lengkap pada Sam yang baru saja masuk dalam kamar sambil membuka satu persatu kancing bajunya.
"Buka baju nya dikamar mandi!" Sentakan Hana membuat Sam terkekeh.
Bukannya menurut, pria itu malah melepas kemejanya langsung dan menatap Hana meledek. "Mama Rayan kenapa mukanya merah gitu? Malu?" Hana berdecih, memilih berbalik menuju nakas untuk mencari buku yang dapat mengalihkan pandangannya dari tubuh Sam yang entah kenapa sedikit menggoda? Ah tidak! Hana sadar bodoh!
"Kenapa sih sayang geleng-geleng gitu? Mau dipijit?" Hana tersentak kaget saat tangan kekar milik suaminya bertengger manis dipinggulnya dan memeluk dari belakang.
"Istighfar kak, maghrib lho ini. Mending mandi dulu sana ih!" Sam terkekeh saat Hana melepas paksa pelukannya.
"Oke, setelah mandi dan setelah maghrib. Tolong dilanjut ya Nyonya Algifandi." Hana melotot tajam pada Sam namun pria itu malah memberi kecupan ditekan cukup lama pada bibir isterinya.
"Aku mandi dulu sayang." Sam langsung beranjak menuju kamar mandi, meninggalkan Hana yang masih mengerjap.
Sedetik pintu kamar mandi itu tertutup, Hana langsung nenyumpah serapahi Sam yang selalu bertingkah kelewatan seperti tadi.
"Padahal dulu gak semesum itu, tapi kenapa sekarang kelewatan? Apa iya aku harus androphobia lagi biar dia gak brutal gitu?"
"Sayang aku denger kamu ngomong apa ya!" Jeritan dari bilik kamar mandi yang tertutup itu membuat Hana memutar malas, Ibu satu anak itu memilih keluar kamar dan masuk kedalam kamar anaknya.
Paling tidak, ia harus kabur dari jerat Ayah Rayan hingga lewat maghrib. Setelah itu, tolong jangan membayangkan apapun soal hal kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Androphobia( S1) Tamat
ChickLit(S2 ; On Going) masih satu lapak Tuhan itu menciptakan Adam dan Hawa. Tapi bagaimana jika gadis cantik yang tengah duduk di bangku SMA akhir ini takut dengan kaum Adam? Melihat kaum Adam layaknya tikus, hewan yang ia takuti. Melihat pria dari jarak...